Denpasar (Metrobali.com)-

Bangkitnya kesenian drama gong di Bali membuat para pencintanya makin senang. Kesenangan masyarakat dibuktikan dengan datang berduyun-duyun pada setiap pementasan drama gong baik saat ajang PKB maupun disaat lainnya. Demikian dikatakan Putu Sedana seorang pengamat seni yang juga koordinator Tim Pembina Drama Gong Propinsi Bali, saat melakukan pembinaan kepada Duta Drama Gong Kota Denpasar, Sabtu (12/5) di Banjar Ujung Kesiman Dentim. Turut mendampingi Kadis Kebudayaan Made Mudra, Camat, Kades/Lurah, Jro Bendesa, Tokoh dan Para Pengamat Seni.

Sempat eksis di era 60 hingga 70an, drama gong yang dalam pementasannya selalu memadukan unsur modern dan tradisional. Seperti; drama, tari, gegendingan serta perpaduan unsur  jejangeran, sendratari dan prembon. Mampu menjadi daya tarik tersendiri sekaligus ikon bagi kesenian-kesenian lainnya di Bali.

Sekeha-sekaha drama yang top pada saat itu sebut saja; Bintang Bali Timur, Sancaya Dwipa, Duta Budaya Bali dan lain-lain dengan tokoh-tokoh yang nyeleneh seperti; raja buduh, dayang-dayang, sepasang punakawan yang dengan dandanan dan banyolan yang khas mampu memberi hiburan segar tidak salah jika kesenian ini banyak digandrungi masyarakat. Selain mendapat hiburan segar, melalui kesenian ini masyarakat juga mendapatkan edukasi (pembelajaran) singkat tentang agama, sosial, ekonomi dan lain-lain.

Namun seiring dengan berkembangnya jaman dimana masyarakat kini banyak menghendaki adanya kesenian yang simple namun menghibur. Kini banyak bermunculan kesenian-kesenian baru yang bersifat temporer, hal inilah yang membuat kesenian drama gong mulai ditinggalkan pencintanya. Guna membangkitkan kembali kesenian yang sempat berjaya ini, Pemerintah melalui Dinas Kebudayaan Propinsi, Kabupaten/Kota terus melakukan upaya dengan menggelar berbagai lomba maupun parada disetiap ajang kesenian. Seperti PKB ke 34 yang diselenggarakan mulai 9 Juni 2012, dimana pada ajang ini panitia berusaha menampilkan kesenian drama gong dari seluruh Kabupaten yang ada, ujar Putu Sedana Tim Pembina Propinsi.

Duta drama gong Kota Denpasar yang kali ini diwakili oleh Banjar Ujung Kesiman Kecamatan Dentim malam itu tampil penuh percaya diri. Dengan mengambil lakon “ManiGuna” yang artinya Karakter Yang Bermanfaat, garapan Gde Anom Ranuara cukup berkesan dan mampu dibawakan dengan baik. Diawali kisah hilangnya seorang putri dari kerajaan Kananda Pura yang kemudian didengar oleh kerabatnya dari kerajaan Pangkaja Loka yang berputra Raden Jaya Kirana.

Mendengar musibah tersebut Raden Jaya Kirana berjanji untuk mencari besannya tersebut hingga ketemu. Ditengah perjalanan, Raden Jaya kirana bertemu dengan seorang putri bernama Diah Sulaskmi yang pada akhirnya mereka sepakat mengikat tali asmara. Sementara di kerajaan lain seorang putri Diah Bandawati bersikeras untuk dijodohkan dengan Raden Jayakirana yang selalu hadir dalam mimpinya.

Bagaimana kisahnya, ikuti cerita selanjutnya di ajang PKB Juni nanti. Dari hasil pembinaan kemarin Tim yang dikoordinir Putu Sedana didampingi Putri Astiti, Ayu Maseni sepakat bahwa semua peran telah dibawakan dengan baik. Namun ada beberapa catatan yang masih perlu diperbaiki seperti; bagaimana menjiwai peran yang dibawakan agar tampak hidup disamping kreatifitas membangun jok-jok yang menyegarkan tanpa terkesan porno, jelasnya.

Dari beberapa masukan tersebut Anom Ranuara didampingi pembina lainnya siap menindak lanjuti semua masukan tersebut guna lebih memaksimalkan penampilan anak asuhnya di ajang PKB 34 nanti.SDN-MB