Foto: Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Fakultas Pertanian Universitas Udayana (FP Unud) di Kantor Kepala Desa Buahan Kaja, Payangan, Kabupaten Gianyar.

Gianyar (Metrobali.com)-

Integrasi usaha ternak sapi dan budidaya padi organik menjadi strategi  peningkatan pendapatan petani. Fakultas Pertanian Universitas Udayana (FP Unud) pun mendorong peningkatan efisiensi usahatani padi melalui pengabdian kepada masyarakat bertemakan “Penguatan Manajemen Ternak Sapi Menunjang Budidaya Padi Organik”. Ketua Panitia Pengabdian Dr. I Made Sarjana, SP., M.Sc, menjelaskan pengabdian tersebut diselenggarakan di Kantor Kepala Desa Buahan Kaja, Payangan, Kabupaten Gianyar, Minggu (28/5) kemaren.

Ditambahkan, acara yang dilaksanakan secara kolaboratif antara Prodi S1 dan S2

Agribisnis, FP Unud tersebut diikuti petani  dari Kelompok Tani Ternak Budi Luhur dan Petani Muda Keren Buahan Kaja. Hadir pula dosen dan mahasiswa Prodi Agribisnis untuk berbagi pengalaman dalam pengelolaan ternak sapi dan usaha tani padi. Berbagi pengalaman tersebut dilaksanakan melalui pelatihan teknik budidaya padi organik, manajemen usaha tani ternak dan pembuatan pupuk organik. “Di samping itu diadakan pameran beras sehat, pupuk kompos, maupun biourine,” jelas dosen Konsentrasi Pengembangan Masyarakat tersebut.

Hadir tiga pakar yang menjadi narasumber pengabdian yakni Dr. Ir. Gede Wijana, MS., membahas Budidaya Padi Organik, Dr. Ni Luh Gde Sumardani, S.Pt., M.Si (Manajemen Usaha Ternak Sapi), dan Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., M.Si (Langkah Praktis Pembuatan Pupuk Organik). Dr. Gede Wijana menjelaskan dari teknik budidaya padi organik tidak ada perbedaan mendasar dengan budidaya padi non organik. Perbedaanya hanya pada pemilihan varietas, pupuk dan pestisida.

Pertanian organik menggunakan varietas lokal bukan hybrida/rekayasa genetik. Alasannya, varietas lokal sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Selain itu budidaya padi organik harus jujur yakni memupuk dan mengendalikan hama tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia. “Jika praktik budidaya masih terkontaminasi zat-zat kimia sedikit saja, itu bukan padi organik. Ingat pembeli produk organik akan menelusuri dimana aktivitas produksinya, jika benar organik mereka berani bayar harga produk lebih mahal,”ujar dosen Prodi Agroekoteknologi pertanian tersebut.

Lebih jauh dijelaskan, budidaya padi organik memberikan berbagai keuntungan seperti kesehatan produsen dan konsumen lebih terjamin, kelestarian lingkungan maupun pendapatan petani meningkat. Akantetapi, keuntungan tersebut tidak mampu menarik minat petani untuk mengusahakan pertanian organik.”Buktinya, pertanian sudah diperkenalkan tahun 1980-an saat saya masih mahasiswa, hingga tahun 2022 tetap masih taraf sosialisasi belum ada kemajuan,” ujarnya. Dr. Gede Wijana belum ada kesatuan komitmen dan Tindakan pengembangan padi organik di Indonesia termasuk Bali.

Dr. Gede Setiawan menjelaskan metode berbeda dalam meningkatkan efiensi budidaya padi organik. “Teknik budidaya padi salibu (salin ibu) atau panak embong sangat efisien, karena petani hanya menanam sekali tapi bisa menghasilkan berkali-kali,” ujarnya. Gede Setiawan menjelaskan jika petani mau budidaya padi panak embong menjelang panen tidak membiarkan sawahnya kering kerontang sehingga padinya mati. Saat panen diminta tidak menginjak batang padi rusak. Seminggu setelah panen, petani mencukur tanaman padi setinggi 3 cm secara berata lalu di taburi pupuk. Nantinya akan tumbuh tanaman padi anakan baru yang dipelihara hingga berbuah. Budidaya padi panak embong lama produksinya relative pendek yakni 2,5 bulan dan tidak perlu mengolah tanah dan menyemai benih. Petani menanam padi sekali dan memanen 4 atau 5 kali pada musim tanam berikutnya. Selain berbagi tip budidaya padi panak embong, Dr. Gede Setiawan membahas cara membuat pupuk kompos dan biourine.

Dosen Fakultas Peternakan Unud Dr. Luh Gde Sumardani menjelaskan petani Bali tidak lepas dengan ternak sapi dikarenakan ternak sapi memiliki sejumlah manfaat. Selain sebagai tabungan keluarga, katanya, sapi juga digunakan untuk membajak sawah, sarana upakara maupun daya tarik agrowisata. “Manajemen ternak sapi sepatutnya menerapkan panca usaha ternak meliputi pembiakan ternak yang baik, pemberian pakan ternak bermutu, menerapkan tatalaksana peternakan, pengendalian penyakit serta pemasarannya,” tegas Bu Luhde begitu akademisi ini biasa dipanggil. Ditambahkan, saat ini ternak sapi Bali sedang dihantui penyakit kuku dan mulut (PKM) dan petani dihimbau mengikuti anjuran pemerintah melalu petugas-petugas yang ada di desa agar penyakit PKM tidak terjangkit di wilayahnya.

Kepala Desa Buahan Kaja Wayan Wirtama menjelaskan Desa Buahan Kaja dihuni 974 KK atau 4.388 Jiwa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Penyuluhan dan pendampingan bidang pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan ketrampilan petani mengelola usaha tani. “Kami berharap pengabdian masyarakat ini mampu meningkatkan kualitas hidup petani sehingga menjadi petani Bahagia seperti petani di luar negeri,” selorohnya. Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Nyoman Gede Ustriyana, MM saat membuka kegiatan tersebut menyampaikan harapan serupa, hubungan yang baik antara kampus dan petani diharapkan mampu memberikan solusi atas permasahan petani sehingga petani bisa tersenyum alias Bahagia. (rls)