Direktur RSUD Buleleng Gede Wiartana6
Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana, M.Kes., didampingi Wakil Direktur Pelayanan RSUD Buleleng dr. Putu Sudarsana, Sp.OG., (K), Selasa (29/3).
Buleleng (Metrobali.com)-
RSUD Buleleng selalu berusaha meningkatkan pelayanan dibidang medis, terutama memperbanyak dokter spesialis. Namun kebanyakan dokter spesialis enggan berpraktek di Singaraja khsusnya di RSUD Buleleng, kendatipun akan digaji lebih besar dibandingkan berpraktek di Denpasar.”Meskipun gajinya lebih kecil dua juta di Denpasar. Namun mereka itu lebih baik berpraktek di Denpasar. Kami siap kok memberi gaji Rp 10 juta perbulan. Mereka enggan berpraktek di Buleleng, lantaran banyak faktor yang menjadi penyebabnya” demikian dikatakan Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana, M.Kes., didampingi Wakil Direktur Pelayanan RSUD Buleleng dr. Putu Sudarsana, Sp.OG., (K), Selasa (29/3).
Lebih lanjut ia mengungkapkan kebutuhan tenaga dokter spesialis masih banyak diperlukan di RSUD Buleleng, tenaga dokter spesialis seperti bedah syaraf belum dimiliki.”Kami sudah menyiapkan anggaran untuk gaji dokter spesialis Rp 10 juta per bulan. Ini gaji tertinggi di Bali. Sedangkan  untuk dokter umum diberikan gaji sebesar Rp 5 juta,” terang Gede Wiartana
Dengan minimnya tenaga spesialis di RSUD Buleleng, menurut Gede Wiartana pihaknya telah mengontrak 5 tenaga dokter spesialis, diantaranya 2 dokter THT, 1 dokter ortopedi, 1 dokter penyakit dalam, dan 1 dokter urologi. Sedangkan untuk dokter umum yang dikontrak sebanyak 8 dokter.”Meskipun kami sudah mengontrak dokter sebanyak itu, namun tetap saja mengalami kekurangan. Malahan, kami saat ini mencari tenaga spesialis jantung dan rontgen,” tandas Gede Wiartana. GS-MB