Denpasar (Metrobali.com)-

Dinas Perkebunan Provinsi Bali mencoba mengembangkan tanaman alternatif di Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Buleleng.

“Kami cukup berhati-hati memilih pengembangan tanaman alternatif,” kata Kepala Disbun Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Minggu (14/7).

Dari berbagai penelitian, Disbun akhirnya memilih pala sebagai tanaman alternatif untuk ditanam di ketiga kabupaten itu.

“Pala dikenal masyarakat Bali sejak puluhan tahun silam, namun tidak dibudidayakan. Umumnya pala ditanam sebagai penahan angin,” katanya.

Padahal menurut dia, tanaman pala sebagai tanaman rempah mempunyai nilai bisnis. Harga biji pala di pasar tradisional mencapai Rp52.500 per kilogram, sedangkan kulitnya Rp125.000/kg dan daging buahnya Rp2.500/kg.

“Melihat kondisi itu, kami mulai tahun ini merintis dan memfasilitasi pengembangan pala seluas 530 hektare di tiga kabupaten,” kata Made Buana.

Disbun mengembangkan pala di Kabupaten Jembrana pada lahan seluas 380 hektare, Kabupaten Tabanan 100 hektare, dan Kabupaten Buleleng 50 hektare.

Disbun memberikan bantuan kepada 2.303 petani dalam bentuk bibit pala sebanyak 53 ribu pohon (100 pohon dapat ditanam pada lahan seluas 1 hektare) dan pupuk organik sebanyak 500 kilogram per hektare.

Tanaman pala hidup dan tumbuh subur pada ketinggian 500-700 meter dari permukaan laut dengan suhu 18-34 derajat Celcius, curah hujan 2.000-3.000 milimeter per tahun, tanah yang subur yang bertekstur pasir dengan pH 5,6.

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan generatif, yaitu dengan biji dan vegetatif melalui okulasi dengan jarak tanam 9 m x 9 m sehingga populasi 120 pohon per hektare. AN-MB