Denpasar (Metrobali.com)-

Keberadaan sapi Bali yang sudah cukup diakui keunggulannya masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar. Itu sebabnya, rata-rata pedagang di Pasar Badung menolak keberadaan daging sapi impor. Selain harganya tidak stabil, kualitas daging sapi impor lebih rendah ketimbang daging sapi Bali.

Rendahnya kualitas daging sapi impor lantaran ia telah disembelih dalam kurun waktu yang cukup lama. Sementara daging sapi Bali begitu disembelih, langsung didistribusikan ke pedagang untuk dijual.

“Daging sapi impor kami terima dalam keadaan beku, tidak seperti daging sapi lokal yang masih fresh. Pembeli lebih suka daging sapi lokal,” kata Made Geriya, seorang pedagang di Pasar Badung, Denpasar, Rabu 24 Juli 2013. Menurut Geriya, pengusaha bakso dan restoran lebih memilih daging sapi lokal ketimbang daging sapi impor. Alasannya lebih karena daging yang masih segar.

Geriya mengakui harga daging sapi Bali sempat melonjak di awal bulan Ramdhan. Dari sebelumnya seharga Rp80 ribu menjadi Rp85 ribu. Sementara daging sapi impor lebih disukai oleh pengusaha makanan olahan seperti pengusaha sosis, nuget dan kornet.

Di tempat terpisah, Ketua Komisi II DPRD Bali, Tutik Kusuma Wardhani mengakui jika kenaikan harga merupakan fenomena setiap menjelang hari raya. Ditambah anomali cuaca dan kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu, kenaikan harga merupakan hal yang tak dapat dihindarkan.

“Masyarakat panik dan melakukan aksi borong. Itulah menyebabkan terganggunya suplay and demand. Ini menjadi pemikiran serius Dinas Pertanian, bagaimana suplay produksi pertanian hasilnya bisa meng-cover demand,” terang dia.

Tutik sepakat Bali masih mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk itu, ia menolak impor yang dilakukan pemerintah. “Asosiasi pedagang sapi sangat terganggu dengan impor daging sapi. Ini ulah siapa, ini ulah importir di Kementan. Kebijakan mengambil impor untuk mengimbangi demand,” kata dia.

Tak hanya daging, kata Tutik, sejumlah harga seperti cabai dan bawang juga mengalami peningkatan.

“Dinas Pertanian harus lebih mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan ini. Harus dipikirkan secara serius. Tahun ini, betul-betul krusial sekali. Pas liburan, anomali cuaca, hari raya dan kenaikan BBM. Harga harus seminimal mungkin ditekan,” kata dia.

Ia mengatakan, peningkatan produksi lokal mesti digiatkan lantaran pemerintah tak bisa terus mengandalkan hasil impor. “Kita tidak ingin mengandalkan impor terus. Kita yang harus mencukupi sulay-nya, sehingga kita bisa menekan semaksimal mungkin harga itu. Mengandalkan impor itu tidak bagus. Kalau mau impor dapat dimaklumi saat krusial saja,” demikian srikandi Partai Demokrat itu. BOB-MB