Denpasar (Metrobali.com)-

Puluhan juta rupiah dana bantuan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Bali telah gelontorkan pemerintah Bali kepada setiap desa pekraman sejak beberapa tahun ini. Dan, biasanya dana bantuan itu dipergunakan untuk pembangunan fisik seperti perbaikan tri kahyangan, bale banjar dan lainnya.

Namun, ke depan desa pekraman dituntut menyisihkan dana bantuan itu untuk kegiatan aksi peduli dunia pendidikan. Khususnya, dalam rangka menyelamatkan pendidikan formal warga krama desa pekraman dari keluarga miskin dan terancam putus sekolah lantaran terganjal masalah biaya pendidikan.

Hal ini diungkap pengamat dan praktisi pendidikan Putu Sarjana, yang juga dosen Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Rabu (8/8) kemarin. Semestinya, peran terdepan dalam menyelamatkan kualitas generasi emas bangsa tidak hanya dibebankan kepada pemerintah semata, tapi justru desa pekraman sebagai pengawal sekaligus pengayom terdepan warga desa pekraman seharusnya tampil lebih aktif dan lebih peduli. Terutama dalam kepentingan pendidikan yang lebih baik dan layak, serta berkeadilan.

Sebagai upaya strategis dan konkret dalam penguatan desa pekraman secara menyeluruh, yakni di bidang Parahyangan, Palemahan dan Pawongan sesuai konsep Tri Hita Karana. “Demi peningkatan kualitas sumber daya manusia desa pekraman  itu sendiri ke depannya,” tegasnya.

Menurutnya, apabila desa pekraman mau menyisihkan 20 persen saja dari bantuannya untuk beasiswa krama miskin ribuan generasi emas bangsa dapat diselamatkan dan ditingkatkan kualitas hidupnya. “Aksi peduli dunia pendidikan ini merupakan pelaksanaan yadnya kemanusiaan dan kemuliaan hidup tentunya,” sergahnya. IJA-MB