Klungkung ( Metrobali.com )
Derita warga miskin di negeri yang kaya akan sumber alam ini seperti tidak pernah usai. Investigasi Metrobali.com Minggu 19/8 pada warga miskin di Desa Akah, Banjar Sangging Klungkung sampai saat ini belum ditangani dengan baik. Dia adalah Ni Nengah Masna (70), perawan tua yang tinggal di Gubug Reod.

Pengamatan di lapangan, kondisi Masna sungguh memprihatinkan. Selain sudah tua, Masna sering sakit sakitan, Rumah yang ditempati saat ini, juga tidak layak huni. Hidup sebatang kara, Masna bertahan hidup menjadi perawan tua. Tinggal di sebuah rumah dengan dinding bata yang sudah lapuk. Nampak sekali rumah yang ditempati adalah bangunan kuno yang sudah rusak. Bagian atapnya diganti dengan seng jika turun hujan bocor.

Rumah yang ditempati hanya satu kamar berukuran sekitar 2,5 kali 2 meter. Itupun berfungsi sebagai tempat istirahat dan dapur. Hanya rumah itu satu satunya tempat berteduh.  Terpantau beberapa alat masak nampak bertebaran di teras depan kamarnya yang lantainya sudah berdebu. “Saya masak sendiri,” ujarnya terbata bata.

Dulu untuk menyambung hidup, dirinya   bekerja sebagai penjual “loloh” .  Namun pekerjaan menjual loloh dia tinggalkan sejak lima tahuhn yang lalu. Sekarang untuk bertahan hidup, Masna  mendapat  bantuan para kerabat dan tetangganya. Malam hari, rumah Masna hanya diterangi lampu templek dari minyak tanah. Selain itu rumah ini juga tidak di lengkapi WC, namun hanya ada kakus sederhana tempat mandi dan buang air.

Sementara untuk beras dia mengaku mendapat sumbangan dari pemerintah. Untuk memasak dia mengaku masih sanggup, sekalipun untuk berdiri dia harus ektra hati hati.  “Awak tiange gatel-gatel, cara kena upas (badan saya sepeertinya, kena upas), ujar Masna dalam bahasa Bali sambil memperlihatkan sakit gatalnya di depan Kadus Sangging, I Nyoman Darmawan.

Sementara Masna nampak senang karena rumahnya kini mendapat sumbangan saluran air dari sebuah yayasan. Dengan demikian dia bisa mengambil air untuk memasak dan kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu Kadus Sangging mengakui kalau Masna termasuk salah satu warga miskin. Untuk itu dia tetap mendapat jatah raskin. “Sekali dapat 15 kg. Hanya saja tidak tentu datangnya, kadang dua bulan sekali kadang tiga bulan,” ujarnya.

“Saya sudah berupaya untuk mengusulkan bedah rumah sekarang sedang proses. Sudah masuk usulan,” paparnya.
Untuk diketahui di Banjar Sangging ada 54 kk miskin dari 271 kk  termasuk Masna. Namun sekarang ini jumlah tersebut sudah menurun menjadi 27 kk. Harapan Darmawan agar usulan bedah rumah Masna  secepatnya terealisasi, karena melihat kondisi rumah yang sekarang sudah tidak layak huni, harap Darmawan. SUS.MB