Setyo Heriyanto

Jakarta (Metrobali.com)-

Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian Koperasi dan UKM Setyo Heriyanto mengatakan ada beberapa langkah untuk membuat koperasi menjadi besar, di antaranya dengan menerapkan ajaran Trisakti.

“Trisakti diajarkan Bung Karno, yaitu kedaulatan politik, kedaulatan ekonomi, dan kedaulatan budaya,” katanya dalam seminar perkoperasian di Semarang seperti disampaikan dalam pernyataan pers di Jakarta, Minggu (24/8).

Dia menjelaskan, dengan semangat menerapkan ajaran Trisakti dapat membuat koperasi tampil besar dan mampu bersaing dengan perusahaan lain. “Kedaulatan politik itu kemerdekaan, melaksanakan prinsip bebas aktif. Artinya secara politis Indonesia dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa dan negara lain,” ujarnya.

Untuk mewujudkan kedaulatan ekonomi adalah bidang yang seharusnya merupakan menjadi tanggung jawab koperasi, terutama koperasi-koperasi jenis produsen. Contohnya, seharusnya semua produk-produk yang ada di dapur setiap rumah tangga itu adalah produksi dari koperasi produsen.

“Kalau sudah bisa menguasai itu baru masuk ke produk lain. Sekarang koperasi kita menghasilkan sambel kemasan saja enggak bisa, buat abu gosok kemasan juga belum bisa, lalu kapan bisanya menghasilkan produk-produk itu?,” katanya.

Hal ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Dia menyatakan, jangan sampai produk-produk yang ada di dapur setiap rumah tangga dibeli dari produk-produk yang dihasilkan oleh pabrikan.

“Di mana-mana koperasi selalu disebut sebagai sokoguru, tapi hal itu masih sebatas slogan,” katanya.

Hal ini harus dikonkritkan dalam bentuk penguasaan produk share dan market share sehingga prestasinya terukur dengan jelas. “Jadi mari kita realitaskan melalui langkah-langkah nyata. Namun yang paling penting semangat dari koperasi itu sendiri,” katanya.

Sedangkan kedaulatan budaya, menurut Setyo, merupakan hal yang harus tetap dipertahankan dengan memelihara dan melestarikan budaya bangsa agar tidak terkikis oleh budaya asing. Untuk itu, festival-festival seni budaya lokal harus selalu diselenggarakan.

Ke depan, kata pakar koperasi yang mengabdikandi Kementerian Koperasi dan UKM lebih dari 30 tahun ini, koperasi harus melakukan transformasi (perubahan) dari cara-cara pengelolaan secara tradisional menuju penerapan managemen modern.

Selanjutnya, mengubah “mindset” dari semangat mengelola paguyuban menjadi semangat mengelola badan hukum dan dari mengelola kegiatan usaha yang bersifat serba usaha menjadi fokus. Selain itu, dari pengelolaan yang masih dilakukan secara sambilan berubah menjadi pengelolaan secara “full time” dan dari semaunya menjadi patuh terhadap aturan.

“Jadi diperlukan juga perubahan sikap mental di lingkungan pelaku, pegiat dan pembina koperasi, sehingga koperasi sanggup menjadi sokoguru real perekonomian nasional,” katanya.

Di tempat yang sama, Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, koperasi mampu berkontribusi pada kekuatan ekonomi negara dan mengurangi ketergantungan terhadap modal asing.

“Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan masyarakat, telah banyak mengantar masyarakat kepada kesejahteraan yang di cita-citakan negara,” ujarnya.

Sementara itu, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP, Harjum Muharam menuturkan perlu adanya perubahan dan pengembangan cara pandang dalam pengelolaan koperasi. Diharapkan koperasi memiliki daya saing dan sekaligus menjadi daya tarik bagi anggota maupun masyarakat.

“Koperasi tidak mungkin tumbuh dan berkembang dengan berpegangan pada tata kelola yang tradisional dan tidak berorientasi pada kebutuhan pasar,” katanya.

Dia menyatakan, koperasi perlu diarahkan pada prinsip pengelolaan secara modern dan aplikatif terhadap perkembangan zaman dan tantangan yang semakin global. AN-MB