Denpasar (Metrobali.com)-

Dengan upaya gigih dan sungguh-sungguh akhirnya Pemkot Denpasar melalui Tim kreatifnya yang terdiri dari  Gede Mantra Visual, masyarakat Desa Pekraman Renon dibawah bimbingan Dinas Kebudayaan akhirnya berhasil mengangkat Tari Baris Cina sebagai jawara II Tingkat Nasional dalam Festifal Film Dokumenter yang diselenggarakan Kemenbudpar. Demikian terungkap saat Kadis Kebudayaan Drs. Md. Mudra,M.Si beserta segenap Tim kreatifnya menghadap Walikota diterima Sekda Kota A.A. Rai Iswara, Rabu (5/10).

Dijelaskan Mudra, keberhasilan Denpasar dalam meraih predikat Nasional sinematografi jenis film dokumenter yang berdurasi 26 menit ini merupakan hal yang baru. Diceritakan, sinyal keberhasilan ini dimulai dari Pesta Kesenian Bali Tahun 2010 kemarin yang melombakan jenis film dokumenter dimana saat itu Tari Baris Cina berhasil masuk 9 besar. Selanjutnya setelah diadu ke tingkat Nasional ternyata lebih mencengangkan lagi Tari Baris Cina akhirnya mampu keluar sebagai juara II Tingkat Nasional menyisihkan ratusan peserta dari daerah lainnya. Yang lebih membanggakan lagi justru peringkat I dan II semuanya berasal dari Bali, imbuhnya. Dilain pihak Gde Mantra selaku inisiator mengatakan cukup puas dengan hasil ini yang baru kali pertama diikutinya. Keberhasilan ini tidak lepas dari kerjasama yang baik antara semua kru termasuk bantuan sepenuhnya dari pihak Desa Pekraman Renon disamping suport dari Pemkot Denpasar.

Sementara Sekda Kota Rai Iswara mengatakan menyambut baik keberhasilan ini seraya berharap agar upaya ini terus dilanjutkan. Menurut Rai Iswara ini prestasi baru Pemkot Denpasar diajang festival film dokumenter dan bisa dikembangkan untuk generasi berikutnya nanti. Sebab film dokumenter merupakan urat nadi dari sebuah sejarah yang harus didokumentasikan agar tidak punah. Untuk itu Iswara berharap agar semua yang bersifat lokal genius agar diinvetarisasi dengan baik. Disamping itu prestasi ini juga merupakan bukti dari sebuah keberhasilan Pemkot Denpasar dalam upaya menggali, melestarikan sekaligus mengembangkan seni yang ada. Sehingga seni yang pakemnya lokal genius tidak stagnan atau statis bahkan melalui usaha merekontruksi beberapa kesenian yang hampir punah bisa bangkit kembali menjadi seni yang mempunyai daya tarik, ungkapnya. (Sdn.Hms.Dps.).