Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih (baju putih) bersama Menko Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan sejumlah tokoh dalam Pertemuan Terbatas secara Kekeluargaan menjelang sambut Tahun 2023 di Batubulan, Gianyar, Jumat (30/12/2022).

Gianyar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer menyampaikan masukan dan harapannya kepada Menko Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan tentang percepatan pemerataan pertumbuhan dan pemetaaan pembangunan di seluruh wilayah di Bali.

Hal itu disampaikan Demer dalam Pertemuan Terbatas secara Kekeluargaan menjelang sambut Tahun 2023 antara Menko Luhut dengan tokoh-tokoh Bali di Batubulan, Gianyar, Jumat (30/12/2022).

Di awal, Anggota Fraksi Golkar DPR RI dari Bali ini menyatakan mendukung dan mengapresiasi pemindahan ibukota negara Indonesia dari DKI Jakarta ke IKN untuk pemerataan pembangunan. Demer lantas menyinggung dirinya juga pernah mendorong pemindahan Ibukota Bali dari Denpasar ke Buleleng sebagai upaya pemerataan pembangunan Bali.

“Pada 2015 kami sempat menyingggun perpindahan ibukota Provinsi Bali ke daerah yang lebih lengah. Dulu kami kalkulasi dengan swasta saja cukup asal ada kebijakan pemerintah. Jadi saya rasa IKN juga sangat penting bagi pertumbuhan pemerataan di Indonesia,” kata Anggota DPR RI empat periode ini.

Demer juga mengungkapkan keresahannya soal kondisi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Bali yang masih terpusat dan sangat tinggi di Bali Selatan sedangkan di daerah lainnya masih sangat rendah. “Kalau tidak covid, pertumbuhan di Bali Selatan di atas rata-rata pertumbuhan nasional,” ungkap Demer yang juga seorang pengusaha dan mantan Ketua Umum Kadin Bali ini.

“Pertumbuhan di Bali Selatan sangat tinggi sedangkan di daerah lainnnya rendah. Kalau pertumbuhan tinggi, tentu inflasinya tinggi, harga barang naik yang tidak bisa diikuti oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah seperti pegawai biasa, buruh serabutan dan lainnya,” sambung Demer.

Dampaknya banyak masyarakat menengah ke bawah di Bali Selatan yang termarjinalkan kerena tidak bisa mengikuti kenaikan harga akibat inflasi, lalu mereka pindah dari Bali Selatan, utamanya dari Denpasar dan Badung ke daerah lain. “Karena mereka tidak bisa mengikuti inflasi, yang paling gampang adalah menjual tanah dan rumahnya untuk bisa membiayai gaya hidupnya yang tetap, lalu mereka pindah ke daerah lain, lari ke Klungkung, Tabanan dan daerah lainnya,” tutur Demer

Sementara masyarakat dari daerah dengan pertumbuhan rendah seperti di Bali Timur dan Bali Utara berlomba-lomba urbanisasi ke Bali Selatan. “Rumah-rumah di Buleleng dan Karangasem banyak yang kosong karena ditinggalkan oleh anak-anak muda, orang tua yang entah jadi pembantu, satpam dan lainnya,” tutur Demer.

Dua fenomena itu sama-sama berdampak pada tercerabutnya akar budaya masyarakat Bali dari daerah asalnya. “Itulah kondisi Bali yang membahayakan. Adat budaya Bali akan terganggu, masyarakat yang berada pada kondisi itu akan meninggakan kegiatan-kegiatan adat,” sambung politisi Golkar asal Desa Tajunm, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng ini.

“Kami khawatir Pak Menko, gemerlapnya pertumbuhan di Bali Selatan sama dengan gemerlapnya di Jakarta yang orang Betawinya tidak ada lagi. Dan Bali kami khawatirkan kalau culture-nya tidak ada, seperti yang Pak Menko sampaikan, maka Bali tidak menarik lagi untuk dikunjungi wisatawan,” imbuh Demer.

Atas persoalan dan dilema yang dihadapi Bali itu, Demer berharap Menko Luhut bisa membantu menyeimbangkan pertumbuhan di seluruh Bali. Salah satunya dengan dukungan pembangunan infrastuktur yang merata dari pemerintah pusat. “Karena sekarang ini faktor-faktor pertumbuhan seperti infrastruktur semua ada di Bali Selatan. Pelindo sedang menggeliat, tol dari Jembrana menuju juga ke Denpasar. Ada PKB (Pusat Kebudayaan Bali) yang dibiayai PEN, menteri-menteri programnya banyak di selatan karena lebih mudah mengontrol. Saya harapkan ke depan lebih banyak ke Bali Utara dan Bali Timur,” harap Demer.

Demer juga berharap Menko Luhut agar menurunkan tim-tim hebatnya untuk meneliti pertumbuhan Bali secara detail. “Pak Menko banyak punya tim yang hebat, orang-orang pintar, kami harapkan bisa diteliti lebih dalam tentang pertumbuhan Bali secara detail, bukan hanya secara globalnya. Kami harapkan Bapak juga sehat terus karena negeri ini membutuhkan orang yang betul-betul bisa bekerja dan mendeliver untuk membangun negeri ini,” tutup Demer menyampaikan harapannya.

Menko Luhut lantas menanggapi masukan dan harapan yang disampaikan Demer.  Soal rencana pemindahan Ibukota Bali, Menko Luhut mendorong adanya kajian yang komprehensif.

Mengenai pemerataan pertumbuhan pembangunan Bali, Menko Luhut mengaku sudah berkomunikasi dengan Gubernur Bali, Bupati dan Walikota se-Bali agar membuat kajian dan mempercayakan kajian itu kepada Universitas Udayana ditambah dengan konsultan asing. “Kita dorong agar dibuat kajian mendalam, bisa pakai Udayana dan libatkan konsultan asing,” tegas Menko Luhut

Pasca pandemi Covid-19, Menko Luhut juga mendorong Bali harus mengubah atau mentransformasi struktur ekonominya dengan juga serius menggarap sektor di luar pariwisata seperti pertanian, peternakan, perikanan dan lainnya.  Menko Luhut mendorong pertanian Bali menjadi pertanian yang modern.

Menko Luhut juga menegaskan Bali belum butuh pembangunan Bandara Bali Utara karena kapasitas di Bandara Ngurah Rai masih dianggap memadai untuk beberapa tahun ke depan. Persoalannya bagaimana akses keluar dari bandara, apakah dengan tol laut atau kereta cepat LRT dan lainnya.

Karena itulah diperlukan kajian mendalam agar pembangunan infrastruktur di Bali tidak merusak adat budaya dan lingkungan. (dan)