Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer berfoto bersama nelayan Karangasem usai pertemuan bersama selaku KSOP Benoa Sadeli dan perwakilan Kementerian Perhubungan Senin 5 Februari 2024.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer sigap dan bergerak cepat alias “gercep” menindaklanjuti keluhan para nelayan dari berbagai daerah di Karangasem. Pasalnya para nelayan terancam terus merugi dan tidak bisa melaut menangkap ikan karena jaringnya kerap dirusak oleh kapal-kapal yang menyeberang di seputar areal mereka menebar jaring penangkap ikan.

Menindaklanjuti keluhan dan aspirasi para nelayan ini, Demer memfasilitasi pertemuan para nelayan dengan pihak KSOP Benoa yang dihadiri langsung Sadeli selaku KSOP Benoa dan hadir pula perwakilan Kementerian Perhubungan. Pertemuan digelar di Rumah Makan Bendega, Renon, Denpasar pada Senin 5 Februari 2024.

Dalam pertemuan ini dibahas beberapa keluhan dari para nelayan yang berasal dari berbagai daerah di Karangasem utamanya masyarakat nelayan Kubu sampai ke Seraya Timur. Pertama nelayan mengeluhkan terkait jaring yang mereka pasang kerap tersangkut di badan kapal-kapal yang melintas di titik dimana nelayan memasang jaring penangkap ikan.

Nelayan juga meminta kepastian terkait titik-titik yang aman untuk mereka memasang jaring sehingga nelayan tidak terus-menerus mengalami kerugian. Dalam pertemuan ini juga disosialisasikan bahwa di perairan laut ada semacam alur pelayaran yang harus steril dari aktivitas apapun, termasuk menebar jaring ikan. Setelah ditelusuri ditemukan bahwa para nelayan tersebut memasang jaring ikan di titik yang agak berdekatan dengan zona pelayaran yang harusnya steril itu.

Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer mengungkapkan, pertemuan dengan KSOP Benoa beserta pihak Navigasi bertujuan untuk menjembatani apa yang menjadi keluhan-keluhan masyarakat, utamanya masyarakat nelayan Kubu sampai ke Seraya Timur. Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali ini berusaha mencari titik temu dengan KSOP Benoa, kemudian juga dengan navigasi untuk dapat saling menguntungkan.

“Mereka tidak banyak permintaannya, mereka hanya meminta dari jam 5 pagi sampai jam 8 pagi untuk dapat kiranya mereka menjaring ikan dengan aman, tanpa ada kapal yang merusak jaring mereka. Itu harapan mereka,’’ ungkap wakil rakyat yang sudah empat periode mengabdi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali itu.

Oleh karena itu, wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali itu mencoba memfasilitasi, bertemu dengan pihak-pihak terkait. Sementara dari pihak KSOP Benoa juga telah menyampaikan jalur-jalur pelayaran kapal yang memang harus steril dari aktivitas apapun. Namun dalam pertemuan tersebut sudah dihadirkan solusi apabila ada nelayan-nelayan yang memang menebar jaring ikan di jalur kapal besar.

Pihak KSOP Benoa sudah menyiapkan aplikasi yang nantinya bisa digunakan oleh para nelayan untuk menginformasikan kepada pihak Navigasi terkait titik-titik mereka memasang jaring ikan. ” Ini solusi yang baik, jadi win-win solution antara nelayan dengan pemerintah dan pengusaha kapal nantinya,” ungkap Demer yang pada Pileg 2024 mendatang kembali maju nyaleg ke DPR RI Dapil Bali dari Partai Golkar dengan nomor urut 2 ini.

Politisi senior Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubu Tambahan, Kabupaten Buleleng itu juga siap mengawal pertemuan lanjutan melibatkan berbagai instansi terkait sehingga ada sinkronisasi kebijakan dan para nelayan bisa mencari nafkah dengan aman serta tentunya tanpa mengalami kerugian.

Sejumlah perwakilan nelayan dalam pertemuan ini menyampaikan kondisi yang mereka alami. Mereka meminta agar masalah yang ada bisa segera terselesaikan, mengingat kisaran kerugian yang diderita nelayan saat jaring rusak adalah 2 juta rupiah hingga 5 juta rupiah sekali ditabrak kapal. Di sisi lain mereka juga menyampaikan apresiasi kepada Gde Sumarjaya Linggih yang telah memfasilitasi pertemuan ini dan memperjuangkan aspirasi para nelayan.

Made Geria seorang Nelayan Seraya Timur menerangkan kondisi nelayan di wilayah Seraya Timur dan di wilayah Abang. Khususnya di Seraya Timur, yang berbatasan langsung dengan titik koordinat jalur kapal, dimana mata pencaharian utama masyarakat setempat adalah nelayan. Made Geria mengaku baru mengetahui ada semacam jalur pelayaran yang harus steril dari aktivitas apapun. Informasi inilah yang tidak sampai ke para nelayan.

Dia kemudian berterima kasih kepada Gde Sumarjaya Linggih yang telah memfasilitasi pertemuan tersebut dan berharap ada jalan terang setelah pertemuan ini. Artinya para nelayan bisa kembali aman melaut untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

“Saya berharap dengan salah satu perjalanan ini bisa selanjutnya menjadi lebih ditingkatkan dan kami masyarakat bisa nyaman dan tidak ada rugi, tidak ada kendala lagi, hasil juga yang kami harapkan juga bisa kami kumpulkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga, sedangkan banyak pengeluaran seperti untuk membeli jaring,” tuturnya.

“Jaringnya rusak, kalau kena kapal hilang dia. Kadang-kadang kapal Feri, dan kapal-kapal lainnya. Sekali dia lewat banyak jaring hilang,” imbuhnya.

Sementara itu Ketut Carang dari Kelompok Nelayan Mina Jaya menambahkan, di satu momen dia pernah memberikan kode dengan bendera saat menarik jaring, namun tetap tidak dihiraukan oleh kapal yang melintas.

Oleh karena itu, ia meminta kepada pemerintah agar menghimbau para nahkoda kapal untuk bisa mengerti posisi para nelayan. Dia juga meminta agar masalah ini bisa segera terselesaikan, mengingat kisaran kerugian yang diderita nelayan saat jaring rusak adalah 2 sampai 5 juta sekali ditabrak kapal.

“Saya minta sekarang dari pemerintah juga menghimbau agar para nahkoda itu bisa mengerti, karena sudah ada nelayan di depannya atau di sampingnya itu dalam arti sudah dia memasang jaring kan harus mengerti, jarak 1 kilo kurang lebih sudah kelihatan Pak kober-kobernya, saya sampai berdiri Pak, saya menghadang kapal pernah pak, juga ditabrak pak jaringnya. Makanya harapan kami dari pemerintah saya minta agar bisa dari bapak menjembatani gitulah dari bawah ke atas mudah-mudahan bisa ditanggulangi,” bebernya.

“Kami ucapkan terima kasih, mudah-mudahan salah satu solusi ini bisa mengadopsi sebagian dari apa yang kita harapkan gitu. Supaya kehidupan kami sebagai nelayan supaya bisalah menutupi apa yang disampaikan oleh teman kami bisa menutupi kebutuhan keluarga pak, karena kita hidup kita hanya nelayan dan pas-pasan,” pungkasnya.

Sadeli selaku KSOP Benoa mengungkapkan dalam pertemuan ini dihasilkan sejumlah solusi bagi para nelayan. Pertama nelayan mengeluhkan terkait jaring yang mereka pasang kerap tersangkut di badan kapal-kapal yang melintas di titik dimana nelayan memasang jala. Nelayan juga meminta kepastian terkait titik-titik yang aman untuk mereka memasang jaring sehingga nelayan tidak terus-menerus mengalami kerugian.

Sadeli mengatakan dalam pertemuan itu juga disosialisasikan bahwa di perairan laut ada semacam alur pelayaran yang harus steril dari aktivitas apapun, termasuk menebar jaring ikan. Setelah ditelusuri ditemukan bahwa para nelayan tersebut memasang jaring ikan di titik yang agak berdekatan dengan zona pelayaran yang harusnya steril itu.

“Itulah kita dalami tadi ternyata itu ada yang berdekatan sama alur pelayaran. Untuk itu kami tadi minta kepada Distrik Navigasi Benoa untuk menjelaskan alur yang pasti yang mana sih, ternyata jaring-jaring mereka agak berdekatan,” terangnya.

Sadeli mengatakan lebih lanjut, dalam pertemuan tersebut dihasilkan solusi bagi para nelayan. Pertama pihaknya menghimbau kepada nelayan untuk melaporkan titik-titik koordinat ketika para mereka menebarkan jaringnya.

Tujuannya agar nanti diinformasikan ke kapal-kapal yang melintas di area itu sehingga mereka bisa agak menjauh dari titik-titik koordinat para nelayan menebarkan jaringnya sehingga jaring-jaring itu aman dan tidak terkena baling-baling kepal yang melintas. Kemudian para nelayan juga dihimbau untuk selalu berkoordinasi dengan Distrik Navigasi, terutama petugas-petugas Vessel Traffic System (VTS) yakni sistem untuk memantau pergerakan kapal-kapal.

“Supaya apa? ketika mau menaruh jaring juga diinfokan bahwa jangan di dalam alur pelayaran karena sangat berbahaya dan kita sudah beberapa kali dikomplain oleh kapal-kapal asing yang melintas di situ karena ternyata di situ banyak jaring, banyak yang menyebarkan jaringnya tidak sesuai dengan tempatnya atau tidak sesuai dengan koordinat-koordinat yang sudah ada di alur pelayanan itu,” paparnya.

Sadeli juga mengatakan bahwa pihak navigasi sudah menyampaikan kepada nelayan alur-alur pelayaran yang sudah diatur sedemikian rupa, bahkan untuk alur-alur pelayaran internasional yang tidak bisa dianulir. Artinya jalur-jalur pelayaran kapal tersebut harus benar-benar steril dari kegiatan apapun.

Pihaknya juga telah menyiapkan aplikasi untuk memudahkan para nelayan memberikan informasi kepada para petugas VTS untuk melaporkan titik-titik koordinat mereka menebarkan jaring sehingga tidak akan terganggu dan jaring-jaring nelayan aman.

“Terkait dengan aplikasi tadi supaya apa? supaya para nelayan menginfokan ke petugas VTS untuk melaporkan titik-titik koordinatnya mereka menyebarkan jaring sehingga nanti tidak akan terganggu atau mengalami kerusakan karena ada baling-banding kapal yang melintas,” pungkasnya.

Setelah pertemuan pertama ini akan ditindaklanjuti dengan pertemuan berikutnya bersama para nelayan ini dan Gde Sumarjaya Linggih melibatkan sejumlah instansi terkait KSOP Lembar, Padangbai, Gilimanuk, Surabaya, Bayuwangi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ASDP dan pihak terkait sehingga bisa dihadikran solusi komprehensif dan semua pihak bisa mengetahuinya. (wid)