Bangli (Metrobali.com)-

Idealnya, memang para siswa tak hanya dibekali ilmu pelajaran akademik saja. Sebutlah pula muatan lain adalah sisi pengetahuan tentang budaya pewayangan yang didalamnya mengandung tuntunan kehidupan yang muaranya pada pembentukan jatidiri bangsa. Nah, dalam hal ini Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bali TB NTT berperan aktif mengajak para siswa sekolah untuk melihat sekaligus mengetahui kisah wayang yang aplikasikan kemudian dalam presentasi dalam suatu lomba.

Lomba bertajuk Dialog Budaya Lisan, seperti yang telah digelar di Bangli pada 7 Mei 2012 lalu bersamaan dengan HUT ke 808 Bangli dengan menampilkan pentas wayang cenkblonk, dimana kemudian para siswa setingkat SLTA yang mengikuti lomba, akan memberikan presntasinyanya setelah usianya pentas tersebut. Dan dari hasil presentasi pada tanggal 24 Mei 2012, dewan juri menilai SMKN 1 Bangli meraih juara 1, SMAN 2 Bangli juara 2, SMA l Bangli juara 3 dan juara harapan direbut SMKN Susut.

Ketua panitia, yang juga  kepala BPSNT Made Purna menambahkan bahwa lomba Mebalih Sambilan Melajah ( menonton sambil belajar ) yang di gelar di Bangli, setelah sebelumnya digelar dibeberapa kabupaten dan kodya di Bali. ” Diikuti  oleh 12 sekolah setingkat SLTA di Bangli. Dengan masing –masing setiap sekolah diwakili satu kelompok terdiri dari 4 ( empat ) siswa, dengan satu guru pendamping. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat khususnya bagi pelajar terhadap kesenian wayang kulit sebagai salah satu warisan budaya bangsa,” urainya.

Bupati Bangli yang diwakili oleh asisten 1 Kabupaten Bangli, Drs. I Wayan Lawe, MM dalam sambutannya mengarisbawahi dari kegiatan seperti ini, sangat ampuh dalam menghadapi dunia global disegala bidang (politik, ekonomi, lingkungan, IPTEK, sosial-budaya) yang berdampak pada pemberlakuan berbagai kesepakatan yang telah ada, dan selalu akan terjadi kompetisi hidup, akan selalu terjadi interaksi lintas-budaya.

” Kegiatan Tradisi Lisan melalui Pagelaran Wayang Kulit bertujuan meningkatkan pemahaman dan  apresiasi terhadap keragaman kreativitas seni (Budidaya) pada seni pewayangan (Wayang Kulit  Cenk Blonk.), dan untuk peningkatan kesadaran dan pemahaman jatidiri dan karakter bangsa (Daya Budi).,” paparnya.

Sementara oleh ketua pelaksana lomba Made Dharma Suteja dari BPSNT menambahkan bahwa antusias siswa sangat tinggi. “ Dari lomba untuk kali keempatnya ini bisa dilihat bahwa sebenarnya para siswa sekarang pun sangat intens dalam mengikuti dan juga belajar mendalami pewayangan yang dalam kesempatan ini mengambil kisah Jabang Tetuko ( kisah Gatotakaca ),” ungkapnya. HP-MB

.