Jakarta (Metrobali.com)-

Pemerintah akan menjual saham PT Merpati Nusantara Airlines ke investor strategis untuk menyelamatkan perusahaan penerbangan itu yang saat ini terbebani utang.

“Opsi pelepasan saham dengan mengundang investor strategis dilakukan karena pelaksanaan restrukturisasi Merpati tidak mendapatkan hasil yang memuaskan,” kata Menteri BUMN Dahlan Iskan, sebelum mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR-RI soal Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, di Gedung MPR/DPR, Kamis.

Menurut Dahlan, penawaran saham Merpati kepada investor menjadi opsi bagi penyelamatan. Keputusannya melalui Rapat Pimpinan Kementerian BUMN di Kantor Menko Perekonomian, Kamis (11/7).

Investor yang berminat dipersilakan menyampaikan proposal langsung kepada Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham Merpati.

Ia menjelaskan, selain menyampaikan minat, investor dalam proposal tersebut diminta untuk menyampaikan pokok pemikiran dalam menyelamatkan perusahaan penerbangan “pelat merah” tersebut.

Diketahui, Kementerian BUMN sudah berkali-kali melakukan restrukturisasi Merpati mulai dengan opsi penyuntikan dana, pengurangan karyawan, pemindahan kantor pusat, termasuk merestrukturisasi utang kepada kreditur swasta dengan mengkonversi utang (debt to equity swap) menjadi saham.

Pada tahun akhir Desember 2011 Merpati memperoleh suntikan dana sebesar Rp561 miliar dari APBN. Namun usulan suntikan tambahan sebesar Rp250 miliar pada tahun 2012 tidak terealisasi hingga saat ini.

Bahkan belakangan Kementerian BUMN telah membentuk Tim Restrukturisasi, namun hingga kini tidak mampu mengembangkan perusahaan.

Adapun utang Merpati kepada sejumlah perusahaan meliputi PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Selain itu perseroan juga memiliki kewajiban dalam bentuk penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement/SLA) kepada pemerintah, dan utang kepada swasta dan kepada para lessor (perusahaan penyewaan pesawat).

Dahlan mengakui kondisi Merpati sudah pada tahap kritis, dengan beban utang yang mencapai sekitar Rp6 triliun.

Sebelumnya diberitakan bahwa ada perusahaan jalan tol yang ingin membeli saham Merpati.

“Setelah kami telusuri ternyata tidak ada surat maupun proposal yang masuk kepada kami,” ujarnya.

Untuk itu, mantan Dirut PT PLN ini pun mengatakan pihaknya menunggu minat investor yang benar-benar mau masuk mengelola Merpati.

“Siapapun itu, baik perusahaan asing maupun lokal silahkan masuk. Bidang usaha investor yang mau masuk pun apa saja, tidak harus perusahaan penerbangan,” ujarnya.

Opsi MMF Terkait dengan pencarian investor tersebut, Dahlan mengatakan opsi ini merupakan yang terakhir dalam menyelamatkan Merpati.

“Kalau memang tidak ada yang berminat maka dengan sangat terpaksa eksistensi Merpati harus diakhiri (dilikuidasi–red),” ujar Dahlan.

Meski demikian Dahlan mengaku sedang memikirkan opsi lain yaitu Merpati tidak lagi melayani penerbangan, namun tetap mempertahankan bisnis perbaikan pesawat yaitu Merpati Maintenance Fasility (MMF).

“Bisnis perawatan pesawat sangat prospektif, karena memiliki sumber daya manusia yang cukup bagus. Sehingga MMF bisa dijadikan sebagai usaha yang berdiri sendiri untuk menghindari likuidasi,” ujarnya.

Artinya ditambahkan Dahlan, Merpati tidak lagi berbisnis jasa penerbangan (aeronautika), tetapi lebih menggarap bisnis non-aeronautika.

“Tapi itu merupakan pemikiran, yang bisa saja berubah sesuai dengan kondisi penanganan Merpati secara menyeluruh,” ujarnya. AN-MB