Nusa Dua  (Metrobali.com)-

Asian Aroma Ingredient Congress and Expo  (AAIC) 2012,  yang diselenggarakan di Bali mulai 13 Mei, Rabu (16/5) kemarin ditutup dengan menggelar lokakarya bertajuk  Healing Aromatherapy oleh Dr. Kurt Schnaubelt dari Amerika.  Menurutnya, essensial oil berperan penting dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit. Lebih efektif, jika penggunaan minyak esensial tersebut sesuai dengan karakteristik individu bersangkutan.

Sementara kongres yang ditutup oleh Ketua  Dewan Atsiri Indonesia  Dr. Ir Meika Syahbana Rusli, MSc dengan serah terima bendera AAIC kepada tuan rumah AAIC ke -3 kepada delegasi Cina. Selain menetapkan Cina sebagai tuan rumah AAIC ke-3 dan Sri Langka tuan rumah AAIC ke-4 di tahun 2016. Anggota AAIC juga  berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kesetaraan kerjasama antar Negara, dan antar stake holder industry atsiri se Asia baik selaku produsen pengolahan mau pun penyedia bahan baku. Mempertegas pelaksanaan fair trade  business dan tanggungjawab atas keberlanjutan industri untuk kesejahteraan bersama.

Kongres dan expo  ke dua di Bali ini diikuti 300 peserta dari 16 negara ((ndia, Cina, Australia, Columbia, Perancis, Haiti, Jepang, Pilipina, Qatar, Spanyol, Sri Langka, Swiszerland, UK, USA. Menampilkan 28 pembicara pleno dan parallel dari tujuh Negara. Pameran diikuiti 17 peserta dari tujuh Negara.

Bagi industri minyak atsiri Indonesia, penyelenggaraan AAIC sangat berperan penting. Seperti diungkapkan Dr Anton Apriyanto disela penutupan acara AAIC kemarin, bahwa pelaku usaha, petani pembudidaya, pengembang teknologi dan kalangan akademisi dapat bertukar pengalaman dalam pengembangan minyak atsiri dan produk ikutannya. Sekaligus memperkuat jaringan bisnis berkeadilan antar anggota se Asia.

Hal potensi bahan baku dan pasar, tak kurang pendapat Wakil Menteri Perdagangan RI Dr. Ir. Bayu Krishnamurti  bahwa Bali tidak hanya memiliki kekayaan bahan baku minyak esensial,  Bali juga membuka peluang pasar produk tersebut. Pasalnya pasar minyak esensial tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik masyarakat, tetapi juga kebutuhan pasar pariwisata. Seperti diketahui pariwisata sangat terkait dengan layanan spa pengguna produk minyak esensial. Pemerintah mendorong pengembangan produk minyak esensial dengan harapan mampu meningkatkan multi flyer efek dan nilai tambah industri tersebut kepada masyarakat petani.

Wamen mengingatkan bahwa penggunaan minyak esensial dimasyakat nusantara sudah menjadi keseharian dan menjadi warisan budaya. Kedatangan pedagang Erpa ke Indonesia pun karena rempah- rempah sebagai dasar pengolahan makanan, obat mau pun kecantikan. Indonesia perlu membangun dan mengembangkan jaringan perdagangan berkesetaraan untuk produk minyak esensial. Palin tidak mampu mengimbangi system dan pola perdgangan yang telah dilakukan pihak  Korsel, Cina dan Jepang, khususnya produk produk kecantikan kulit.

Hal senada juga ditegaskan Menteri Pertanian Dr. Ir Suswono saat menerima peserta AAIC dan Expo 2012. Sebagai bagian dari kawasan Asia, Indonesia tak hanya memiliki potensi bahan baku juga memiliki potensi pasar tradisional dengan tren permintaan meningkat baik dari kalangan domestik,ekspor dari  kalangan  dewasa sampai generasi muda, bahkan untuk produk bayi. Meskipun baru mengisi 5% kebutuhan pasar dunia, pengembangan atsiri Indonesia tidak cukup hanya dalam hal budidaya tanamannya, juga perlu pengambangan teknologi pengolahannya. Indonesia, tegas Suswono jangan hanya terpaku menjadi produsen raw material/bahan baku, tetapi sudah menjadi eksportir produk jadi siap pakai. Pengembangan industry atsiri ini, tegas Suswono tidak hanya untuk mengisi permintaan pasar klas tinggi, tetapi dapat dikembangkan secara bervariasi. Sehingga nilai tambah budidaya tanaman atsiri di Indonesia mampu mensejahterakan petani, pekebun sebagai ujung tombak keberlanjutan industry atsiri dunia ini.  DY-MB