Ilustrasi : Arak Bali

Oleh : Jro Gde Sudibya

Pernyataan Putri Koster yang sangat kontroversial sangat patut diberikan catatan.

1. Pada saat Pujawali ring Pura Luur Uluwatu, “sana nabenging” jagat Badung (sekarang Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar) seharusnya semua warga ngewangun yasa kerthi (menahan diri dengan kekhusukan bhakti), bukan membuat pernyataan kontroversial yang sarat dengan kebohongan dan memicu kontroversi dan bahkan perpecahan masyarakat. Pernyataanya sebagai istri gubernur patut disesalkan.
2. Menyimak simbol kepemimpinan Bajra Sandhi di lapangan Puputan Niti Mandala Renon ( dirintis oleh Gubernur IB.Mantra dan difinalkan oleh Gubernur Dewa Beratha), menyampaikan pesan makna pengetahuan dan kekuatan Tuhan Swayambu berkontribusi dan berperan besar dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali lahir dan batin.
Ibu Mantra dan Ibu Dewa Beratha (sane sampun mraga Dewa Hyang) selama mendampingi suami adalah sosok perempuan terhormat dan sangat tahu diri memegang teguh sesana.
3.Dari sejarah ekonomi Bali pasca kemerdekaan, dan menyimak kehidupan perdesaan pada umumnya di Bali, minum arak yang menghasilkan masyarakat “punyah ” dan “memunyah” sangat destruktif dalam proses pendidikan anak-anak karena prilaku orang tuanya yang memunyah, sehingga sebagai pangkal penyebab kemiskinan berkepanjangan dan turun temurun.
Ada sebuah desa di Bali Utara bagian Timur, yang Perbekelnya di tahun 1950’an sangat keras mendidik warganya untuk meminimalkan minuman keras, lahir generasi yang lebih cerdas dan mampu menjawab tantangan zaman. Dan tingkat kesejahteraan di desa tsb.lebih baik dibandingkan dengan desa-desa tetangga yang Perbekelnya membiarkan masyarakatnya “memunyah”.
Semoga ring raina Anggarkasih Prangbakat hari ini, Ida Bethara nyejer ring Pura Luur Uluwatu, memberikan ketenangan dan kejernihan berpikir masyarakat Badung, Denpasar dan masyarakat Bali “ring sawewengkon jagat Bali”.
Rahayu.

Tentang Penulis :

Jro Gde Sudibya, anggota MPR RI Utusan Daerah Bali, 1999 – 2004, mendampingi Gubernur Dewa Made Beratha selama kepemimpinan beliau dalam bidang sosial ekonomi dan kebudayaan.