PENDIDIKAN pada dasarnya bertujuan agar anak didik dapat hidup mandiri. Untuk mencapai itu, tentunya mereka harus dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan. Entrepreneurship merupakan salah satu pendidikan yang dapat dijadikan bekal oleh peserta didik dalam menjalani persaingan global yang sangat ketat.

SMAN Bali Mandara (Sampoerna Academy) adalah sekolah yang mengedepankan pendidikan entrepreneurship. Dengan pendidikan ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan jiwa berwirausaha.

Pendidikan entrepreneurship yang diberikan tersebut merupakan pendidikan wirausaha yang sesungguhnya. Siswa bukan hanya diberikan teori, melainkan mereka melakukan praktek langsung dalam berwirausaha. Mulai dari merancang usaha, memproduksi barang, dan memanajemen usaha dilakukan oleh siswa itu sendiri.

Tujuh puluh lima siswa dibagi menjadi menjadi sembilan kelompok yang akan menjalankan suatu usaha. Kelompok itu disusun berdasarkan house mereka masing-masing. Sembilan house (hornbill, dolphin, rhino, lion, mantaray, dove, komodo, eagle, dan shark) itu adalah keluarga kecil bagi siswa Smanbara (SA). Setiap kelompoknya akan bergantian setiap minggu dalam melaksanakan usaha.

Pembelajaran entrepreneurship diawali dengan pembekalan berupa pemahaman tentang teori berwirausaha. Setelah itu, siswa diberikan modal untuk membeli bahan mentah yang akhirnya akan diolah dengan bantuan koordinator. Modal yang diberikan tidak terlalu besar, hanya Rp.100.000 per kelompok. Dengan modal itu, mereka bisa berkreasi semampunya dan seunik mungkin. Seperti tujuan utama program ini, mengolah sesuatu yang sederhana menjadi barang yang bernilai tinggi.

Anak-anak Smanbara (SA) selalu menggunakan bahan lokal. Contohnnya regu pertama, mereka membuat snack tradisional yang sangat lezat dari bahan  ketela dan minuman hangat dari racikan jahe. “Saya kira produk kami tidak bakal laku, karena ini terlalu sederhana. Tapi dugaan saya salah,produk kami laris terjual dan kami dapat untung sekitar Rp.90.000, “ ungkap Desak Nadia, anggota house dolphin yang telah mendapatkan kesempatan melaksanakan program ini.

 

Untuk kemasan, juga didesain dan dikerjakan oleh siswa. Mereka berusaha membuat kemasan yang menarik untuk produk yang dihasilkan. Produk yang sudah dikemas dipasarkan  oleh siswa.

Setiap kelompok memiliki cara-cara sendiri untuk memasarkan produknya. Membuat yel-yel sesuai dengan produk yang mereka jajakan, misalnya, salah satu cara mereka untuk menarik minat pembeli. Setelah produk terjual habis, mereka diharuskan untuk menyusun laporan keuangan laba dan rugi.

“Pelajaran ini memang sangat penting untuk anak. Selain berkreativitas mereka juga dapat menambah pengetahuan mereka tentang business. Tidak hanya materi yang mereka peroleh di kelas, tetapi praktek juga,” ungkap Yuliantari Dwi Candra, koordinator entrepreneurship.

Siswa sendiri merasakan dampak positif kegiatan entrepreneurship ini. “Pendidikan entrepreneurship ini sangat membantu siswa untuk bisa belajar keterampilan baru di sekolah. Keterampilan tersebut dapat berguna di masa depan,” jelas Desak Nadia. Pendidikan entrepreneurship juga dapat menjadi pengaplikasian pembelajaran ekonomi yang didapat di kelas karena dapat mengetahui secara langsung tentang keuangan dan penjualan barang.

“ Program entrepreneurship ini dapat mengembangkan jiwa berwirausaha anak sejak dini, belajar untuk mulai menghasilkan sesuatu yang baru dan bisa menghasilkan uang, belajar berkreativitas serta  memulai segala sesuatunya dari kecil, ” tambah Yuliana Dwi Candra.

Pengetahuan tidak hanya kita dapatkan dari teori di dalam kelas. Pengetahuan akan sangat bermanfaat jika dapat kita implementasikan dalam kehidupan nyata karena akan lebih bermanfaat. Pembelajaran yang bermakna adalah learning by doing [Putu Sandra Iswaramba & Ni Putu Sri Widari, Siswa Jurnalistik SMAN Bali Mandara (Sampoerna Academy)]