Foto: Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Bro Nengah Yasa Adi Susanto.

Denpasar (Metrobali.com)-

Kebijakan Gubernur Bali Wayan Koster yang telah resmi menetapkan Hari Arak Bali yang akan diperingati setiap tanggal 29 Januari masih memicu pro kontra dan perdebatan publik.

Masih ada pihak-pihak yang menolak Hari Arak Bali ini dan mengirimkan surat terbuka penolakan itu kepada Gubernur Bali hingga membuat petisi online di Change.org seperti yang dilakukan Forum Advokasi Hindu Dharma (FAHD).

Paiketan Krama Bali juga menyampaikan sikap resmi menolak penetapan Hari Arak Bali pada 29 Januari 2023 yang diklaim semata-mata bertujuan untuk menjaga wibawa Pemerintah Daerah Bali dan demi kebaikan dan citra masyarakat Bali.

Sejumlah pihak juga khawatir Hari Arak Bali ini bisa menimbulkan salah persepsi publik bahwa Hari Arak Bali bisa dimaknai menjadi Hari Mabuk Agung, semua bisa mabuk arak.

Terkait berbagai penolakan dan persepsi yang muncul itu, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto mengajak semua pihak berpikir jernih dan positif melihat serta merespon penetapan Hari Arak Bali ini. Jangan dimaknai dan dipersepsikan Hari Arak Bali tanggal 29 Januari sebagai Hari Mabuk Agung.

“Nggaklah, ngapain mabuk agung. Orang Bali juga sudah tahu kapan dia harus minum arak, kapan tidak. Dalam artian, ketika orang minum arak jangan sampai berlebih, jangan sampai mabuk, karena arak juga kalau diminum sesuai takaran yang pas bisa baik untuk kesehatan,” kata politisi PSI yang akrab disapa Bro Adi ini Rabu (25/1/2023).

Bro Adi meminta orang-orang atau pihak-pihak yang menolak penetapan Hari Arak Bali dan memunculkan narasi bahwa tidak ada gunanya hari itu, jangan sok suci, jangan merasa paling benar sendiri.

“Jangan sok suci lah, yang namanya arak Bali itu sudah ada dari zaman dulu kala, dari para tetua dan leluhur kita. Sekarang PRnya adalah bagaimana mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan minuman arak Bali ini untuk hal-hal yang positif. Jangan berlebihan,” tegas Bro Adi yang belasan tahun menjadi sommelier (ahli wine) di kapal pesiar pesiar ini.

Bro Adi mengingatkan apapun yang berlebihan tentu tidak bagus. Contoh saja budaya orang di Eropa seperti di Perancis yang biasa minum wine ya secukupnya. Tidak ada mereka sampai mabuk, sampai tidak bisa jalan.

“Sekarang kan tergantung budaya dan tingkat pendidikan kita yang mempengaruhi. Kalau seseorang sudah puya pengalaman dan punya budaya bagus, saya rasa mereka tidak akan mabuk minum arak. Jadi jangan dipandang Hari Arak Bali itu hari mabuk agung. Kita tidak sepakat dengan hal itu,” ungkap politisi PSI asal Desa Bugbug, Karangasem ini.

Bro Adi tegas menyatakan bahwa PSI Bali mendukung sepenuhnya kebijakan brilian, cerdas dan visioner dari Gubernur Koster mengenai penetapan Hari Arak Bali ini. Tujuannya agar menjadi momentum pengingat, menjadi tonggak sejarah bahwa arak Bali bisa go internasional.

“Buktinya Pak Kostear sudah membawa arak Bali ini keman-mana, termasuk waktu kunjungan ke banyak negara seperti Perancis. Jadi apa salahnya ada momentum ada pengingat bahwa ada Hari Arak Bali untuk mengingat upaya arak Bali go internasional. Apa yang ditetapkan Pak Koster soal Hari Arak Bali ini pasti ada tujuannya dan tidak ada ruginya,” tegas Bro Adi.

Karena itu PSI Bali menilai penetapan Hari Arak Bali ini patut diapresiasi karena menjadi langkah cerdas Gubernur Koster membawa potensi arak Bali naik kelas go internasional dan menjadi bagian upaya membranding arak Bali agar sejajar dengan minuman dunia lainnya.

“Ini kita harus apresiasi karena Pak Gubernur mengangkat UMKM, mengangkat kearifan lokal minuman tradisional kita agar setara dengan minuman spirit lainnya di dunia seperti wiski, vodka, rum, soju, sake dan lainnya. Jadi semangatnya Pak Gubernur mengangkat arak dari minuman tradisional Bali menjadi go ke dunia internasional. Dan itu membutuhkan energi, effort, usaha yang luar biasa. Jadi kita harus apresiasi itu bukan malah membully Pak Gubernur,” tutur Bro Adi yang dalam Pemilu 2024 nanti tarung menjadi caleg DPRD Bali dari Dapil Denpasar. (wid)