Ilustrasi bencana akibat cuaca ekstrim

 

 

Denpasar, (Metrobali.com)

 

Berdasarkan data Prakiraan Peluang Curah Hujan Dasarian II Maret 2023 dari BMKG (Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), Provinsi Bali berpotensi hujan disertai angin kencang, meski intensitasnya berkurang.

Dan menuju bulan April 2023, data BMKG menunjukkan Bali memasuki musim pancaroba. Yaitu, musim transisi dari makin berkurangnya curah hujan ke cuaca panas atau musim kemarau.

“Data BMKG menunjukkan Prakiraan Puncak Musim Kemarau (PMI) 2023 di hampir seluruh wilayah Bali, diprakirakan berkisar pada bulan Juni – Juli 2023,” kata Kalaksa BPBD Bali I Made Rentin, dalam keterangan resminya Senin (27/3/2023).

Memasuki musim kemarau, belajar dari tahun yang lalu, katanya menurut data dari Pusdalops menunjukkan bahwa pada tahun 2022, di beberapa wilayah yang berdampak pada pertanian.

“Dengan kejadian ini menunjukkan bahwa kekeringan adalah bencana yang sering terjadi di Provinsi Bali dan dapat berdampak besar pada sektor pertanian dan ekonomi masyarakat,” imbuh Rentin.

Pihaknya mengingatkan agar masyarakat mulai mengantisipasi dan selalu siap siaga dalam menghadapi musim kemarau agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisir.

“Kami mengimbau di antaranya untuk tetap melakukan upaya-upaya mitigasi seperti penyediaan sumber air alternatif, pembuatan embung, dan para petani diharapkan menanam jenis tanaman atau varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan,” terangnya.

Selain itu, penting pula untuk menghemat penggunaan air di rumah dan meminimalisir pemborosan air, tetap menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari pembuangan sampah sembarangan, serta menggunakan teknologi tepat guna seperti irigasi tetes dan penggunaan pompa air energi surya untuk menghemat penggunaan air dan memperbaiki produktivitas pertanian. Dan di musim kemarau juga diharapkan agar selalu waspada terhadap kebakaran hutan dan lahan.

BPBD Provinsi Bali telah melakukan berbagai upaya dan strategi mitigasi guna menghadapi potensi kekeringan di wilayah Bali.

“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya air yang ada, dengan implementasi berupa mesin/sistem panen air hujan serta membuat lubang biopori di beberapa titik,” tukas Rentin.

BPBD bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Bali berserta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bali dalam melakukan pengawasan dan pengelolaan sumber daya air.

“Kami fokus pada penguatan sistem pengairan dan infrastruktur air, serta mendorong adopsi teknologi yang ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan air,” pungkasnya.

Pewarta : Tri Prasetiyo