Denpasar, (Metrobali.com)

Keputusan Gubernur Bali Wayan Koster terhadap penolakan Tim Israel U20 bertanding di Bali blunder. Keputusan Wayan Koster, berdampak tehadap keputusan FIFA dengan pembatalan seluruh kegiatan pertandingan U20 di Indonesia.

“Keputusan Gubernur Bali Wayan Koster telah melanggar diktum dalam kehidupan bernegara, “pengabdian pada negara bangsa dimulai, pengabdian pada partai berakhir”,” hal tersebut dikatakan pengamat publik Jro Gde Sudibya, Senin, 3 April 2023.

Dikatatakan, dalam konteks ini Koster melanggarnya, seharusnya “tegak lurus” dengan keputusan Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, bukan “bertekut lutut”pada kekuatan bayangan dari partainya.

Kesannya, kata Jro Gde Sudibya Wayan Koster sebatas “pion” dari kekuatan powerful di internal partainya. Fenomena kekuasaan ini dapat mengingatkan kita akan peran raja-raja pribumi di masa lalu sebatas “pion” dari kekuasaan penjajah Hindia Belanda yang berpusat di Batavia.

Lebih lanjut dikatakan, penolakan terhadap tim Israel tersebut menimbulkan persepsi negatif terhadap Indonesia terlebih-lebih untuk Bali, di kalangan komunitas pencinta bola di seluruh dunia, dari masyarakat yang dikenal ramah – toleren menjadi masyarakat yang sarat prasangka dan bahkan dinilai rasis. Perubahan persepsi ini, akan melahirkan biaya sosial ekonomi yang sangat besar.

Mwnurut Jro Gde Sudibya dengan memberikan argumentasi penolakan tim Israel untuk bertanding, dengan merujuk kebijakan politik luar negeri Soekarno di dasa warsa tahun 1950’an dan 60’an, di era perang dingin, dan Soekarno sedamg gigih dalam gerakan non blok, tidak lagi memadai dan bahkan out of date di tengah lanskap geo politik dunia yang sangat berubah.

“Munculnya kekuatan ekonomi China, India dan negara-negara “emerging markets” di kawasan Asia yang berimplikasi terhadap geo politik. Tanda-tanda ufuk baru perdamaian di Timur Tengah yang diinisitifi oleh China, diantara dua musuh “bebuyutan” Arab Saudi – Iran,” kata Jro Gde Sudibya.

Ceroboh

Sementara itu, pengamat politik I Gst Putu Artha menambahkan, terkesan Wayan Koster ceroboh setelah terkonfirmasi lputan utama Tempo pekan ini yang mengangkat kasus Piala Dunia membuka gamblang beberapa hal.

“Analisis saya bahwa Ganjar dan Koster ditelpon Jakarta dan dapat perintah, terkonfirmasi. Sekaligus ini membantah alibi Koster soal alasan keamanan pada awalnya,” kata Putu Artha.

Ia mengatakan, pernyataan keras saya soal Koster ceroboh juga terkonfirmasi. Bayangkan, tanggal 13 Maret ditelpon Jakarta, 14 Maret surat meluncur ke Menpora. Ganjar masih lebih hati-hati. Ia butuh 9 hari berfikir.

Oleh karena itu, statemen saya bahwa Ganjar dan Koster dikorbankan pun menunjukkan titik terang. Sejak awal Ketua Fraksi Utut Adianto yang sibuk menghandle kasus ini. Logikanya, dia yang secara protokeler harusnya bersurat ke Menpora dan PSSI karena isi program nasional. Namun kenapa Koster dan Ganjar yang diminta maju? Ya dikorbankan. (Adi Putra)