Buleleng, (Metrobali.com)

Patut diapresiasi pementasan puluhan seniman muda saat mementaskan calonarang perdana di Buleleng. Seperti yang dilakoni 60 orang seniman tari berusia rata-rata dibawah 40 tahun dari 4 sanggar, telah sukses diajak Ketua LSM Bli Braya yakni I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa saat mementaskan Calonarang di Pura Dalem Desa Adat Tangguwisia, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, pada Kamis, (2/3/2023) malam.

Saking memukaunya pementasan calonarang, kendatipun diiringi hujan gerimis mengundang namun para penonton tetap antusias dan ajeg duduk menyaksikan penampilan para penari muda tersebut hingga berakhirnya acara pementasan Calonarang yang kali pertama di Buleleng.

Ditemui disela-sela pementasan, Ketua LSM Bli Braya, I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa menerangkan pementasan Calonarang di Pura Dalem Desa Adat Tangguwisia merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh LSM Bli Braya di Kabupaten Buleleng. Karena biasanya saat Ngayah, mereka hanya menampilkan tarian topeng Sidakarya dan Bondres.

Lebih lanjut dikatakan pementasan Calonarang ini, muncul dari ide teman-teman di LSM Bli Braya. Bak gayung bersambut, kemudian disepakati untuk di pentaskan saat pelaksanaan upacara Pemelaspasan, Ngenteg Linggih, dan Piodalan di Pura Dalem Desa Adat Tangguwisia.

“Kalau biasanya kita Ngayah, dipentaskan Bondres dan Topeng Sidakarya. Tapi kalau sekarang untuk pementasan Calonarang ini memang yang pertama kali di Buleleng dan idenya dari teman-teman Bli Braya.” ungkap seniman sekaligus dosen asal Desa Bebetin, Kecamatan Sawan ini.

“Kami melakukan pementasan dengan mengajak sekitar 60 pragina (penari) dari empat sanggar,” ucap Lanang Putra Perbawa menambahkan.

Iapun menyebut kendatipun dengan persiapan waktu sekitar sebulan dengan jarak dari masing-masing sanggar cukup jauh yakni ada di Desa Bebetin, Singaraja, Tegalalang, dan Ubud. Namun tidak meenjadi persoalan, mengingat dalam hal ini hanya tinggal mencocokkan masing-masing keahlian para pragina. Sehingga mampu dengan sukses menampilkan Calonarang yang pementasannya murni Ngayah (tidak dibayar).

“Pementasan di Pura Dalem Desa Adat Tangguwisia ini, kami datang dan melakukan pementasan calonarang betul-betul untuk Ngayah. Lantaran kami di Bli Braya memiliki visi Ngajegang Budaya Bali yangmana hal ini juga selaras dengan visi gubernur Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali,” jelasnya.

Sementara itu, Bendesa Adat Tangguwisia, Putu Ngurah Kariasa mengatakan upacara Piodalan, Ngenteg Linggih, dan pemelaspasan di Pura Dalem dan di Pura Prajapati di Desa Adat Tangguwisia dilaksanakan sudah sejak Rabu, 1 Maret 2023. Dalam rangkaian upacaranya, LSM Bli Braya memang benar-benar murni bergerak secara sosial guna melestarikan budaya Bali. Bahkan tidak hanya untuk pementasan Calonarang dan Topeng Sidakarya semata, tapi hampir setiap upacara Adat di desanya Bli Braya selalu menghaturkan Punia (Sumbangan) tarian bahkan dulunya pernah juga Punia Genta untuk pemangku.

“Setiap kali ada upacara keagamaan di Desa Tangguwisia, kami selalu hubungi Bli Braya yang memang murni Ngayah. Sehingga kami tidak ada mengeluarkan biaya apapun. Bahkan pernah beberapa waktu lalu ada upacara ngaben, Bli Braya sudah mepunia tarian ditambah lagi punia berupa uang,” tutupnya. GS