Badung, (Metrobali.com)-

Di awal tahun 2023, perairan pulau Bali digegerkan dengan penemuan paus raksasa berukuran jumbo.

Maraknya fenomena paus terdampar hingga mati dalam kurun waktu periode Januari hingga Maret 2023 menurut Kepala BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Provinsi Bali R Agus Budi Santosa diduga selain perairan laut Bali merupakan jalur dilaluinya migrasi mamalia laut juga diduga karena kebisingan suara laut.

“Dari hasil-hasil penelitian yang saya baca ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi terdamparnya mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba diantaranya kebisingan suara di laut yang mempengaruhi sonar,” kata Agus dalam keterangannya, Minggu (9/4/2023).

Agus menjelaskan, temuan paus terdampar yang pertama sebelum – sebelumnya pihak BKSDA sudah melakukan nekropsi dan beberapa sampel jaringan juga sedang dicek di laboratorium Universitas Airlangga, Surabaya.

Kemudian kata dia, berdasarkan analisis kejadian seperti yang terjadi di laut Bahamas, Amerika Serikat pada tahun 2000, dimana ditemukan paus yang terdampar dan diduga penyebabnya akibat pengaruh suara dari sonar yang digunakan oleh Angkatan Laut (AL).

Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan Frantzis and Cebrian (1999).

“Mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Ionia,” paparnya.

Selain itu paus jenis sperma mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.

“Kemudian yang kedua perubahan cuaca ekstrim dan perubahan kontur laut dan arus yang ekstrim dimana salah satu contohnya terjadi di Purbalingga pada tahun 2016 dimana 32 ekor paus terdampar dalam waktu yang berdekatan,” imbuhnya.

Selain itu, ketiga kata dia akibat bencana alam, paus memiliki naluri terhadap bencana alam, mereka akan mencari tempat berlindung yang menyebabkan tersesat.

Meski demikian penemuan Paus Sperma yg terdampar di Jembrana pada Sabtu (84/2023) sore, kata dia belum dinekropsi dan dilaporkan baru akan dilakukan nekropsi untuk mengambil sample organ pada hari ini Minggu (9/4/2023) dan setelahnya akan dikubur.

“Pulau Bali merupakan jalur migrasi tahunan mamalia laut besar termasuk paus sperma ini. Mayoritas ikan dan mamalia laut mengikuti upwheeling arus hangat yang kaya akan plankton ini,” pungkas Agus.

Pewarta : Tri Prasetiyo