Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Bali Ketut Ardana mengatakan anggotanya hingga saat ini belum sampai merugi akibat imbas kenaikan harga bahan bakar minyak.

“Memang terjadi penurunan keuntungan hingga 15 persen. Tetapi setelah kami cek, mereka tidak sampai merugi dan masih bisa menjalankan kontrak dengan pihak luar negeri yang sudah berjalan, walaupun tidak dengan menaikkan harga,” katanya di Denpasar, Sabtu.

Ia mengemukakan, dampak kenaikan BBM tidak terlalu berpengaruh pada kontrak jangka pendek perjalanan wisata karena bisa segera dilakukan penyesuaian harga.

“Yang menjadi masalah ketika berhadapan dengan yang kontrak jangka panjang karena kenaikan ini di tengah jalan, kami tidak bisa menaikkan harga seenaknya karena sudah tandatangan kontrak,” ucapnya.

Ardana menambahkan, kontrak jangka pendek ada yang per tiga bulan dan enam bulan. Kontrak jangka pendek biasanya diminati agen wisata dan wisatawan dari Asia. Sedangkan kontrak jangka panjang berlaku selama satu tahun dan umumnya dari kalangan Eropa serta Amerika.

“Anggota kami tidak sampai merugi karena ada yang antisipasinya sudah bagus. Kontrak yang dibuat sebelumya sudah memperhitungkan kenaikan tahun depan,” katanya.

Ada juga yang perjanjiannya itu berisi klausul yang menyebutkan harga bisa berubah sewaktu-waktu ketika terjadi kenaikan BBM, gempa bumi dan bencana alam lainnya.

Secara umum, ucap dia, biro perjalanan wisata di Bali masih dalam kondisi aman dan tidak ada yang membatalkan kunjungan, meski pun beberapa ada yang sudah melakukan penyesuaian harga.

“Permasalahan yang sedikit mengganjal bagi kami, ketika mulai menjamurnya supir taksi yang berada di depan hotel,” ujar Ardana.

Hal yang tidak kalah penting, kata dia, biro perjalanan wisata di Bali tetap diminati karena senantiasa menawarkan paket wisata yang menarik dan mengajak wisatawan menyaksikan serta mengunjungi atraksi-atraksi baru. INT-MB