Denpasar (Metrobali.com)-

Bank Indonesia (BI) memperkirakan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi terhadap usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) di Bali bersifat sementara.

“Paling-paling dampaknya tiga sampai enam bulan saja. Kebijakan kenaikan harga BBM tidak terlalu mengkhawatirkan bagi pelaku UMKM karena sifatnya temporer,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah III/Bali-Nusra, I Gde Made Sadguna, di Denpasar, Rabu (26/6).

Namun BI memberikan catatan bahwa dampak itu hanya bisa diatasi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai. “Kenaikan harga BBM harus dibarengi dengan perbaikan infrastruktur sebagai komponen utama berlangsungnya sektor riil,” katanya seusai membuka acara Temu Responden BI.

Menurut dia, UMKM sebagai penggerak sektor riil sangat membutuhkan tersedianya infrastruktur yang memadai. “Oleh sebab itu, subsidi BBM harus segera dialihkan untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur agar sektor riil tidak terlalu lama terkena dampaknya,” katanya.

Tahun ini pembangunan infrastruktur di Bali difokuskan pada perluasan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, jalan bawah tanah Simpang Dewa Ruci, dan jalan tol di atas perairan laut yang menghubungkan Pelabuhan Benoa dengan kawasan Nusa Dua. Ketiga proyek itu sudah memasuki tahap uji coba dan tinggal peresmian pengoperasiannya.

Sadguna mengemukakan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi menimbulkan efek pada segi pembiayaan dan psikologi. “Kami menganalisis perubahan komponen biaya tidak terlalu besar sehingga dampak psikologisnya juga tidak akan berlangsung lama,” katanya didampingi Kepala Divisi Ekonomi Moneter BI Wilayah III, Suarpika Bimantoro.

Ia juga memperkirakan sektor pariwisata di Bali juga tidak bakal terkena dampak psikologis kenaikan harga BBM bersubsidi.

“Selama tiket pesawat tidak mengalami kenaikan, saya kira tak akan berpengaruh pada sektor pariwisata. Apalagi industri pariwisata di Bali ini cara kerjanya berdasarkan kontrak yang sudah ditandatangani dengan mitra-mitranya di dalam dan luar negeri jauh-jauh hari sebelumnya,” katanya.

Optimisme BI terhadap rendahnya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi di Bali didasarkan pada pertumbuhan perekonomian di Pulau Dewata pada triwulan I/2013 yang mencapai 6,7 persen dengan inflasi rata-rata per bulan 5,42 persen.

Angka itu lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional selama periode tersebut yang hanya 6,2 persen dan inflasi rata-rata per bulan 5,47 persen. INT-MB