Mirza Adityaswara

Jakarta (Metrobali.com)-

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menilai kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Sentral Rusia memiliki latar belakang permasalahan yang berbeda dengan Indonesia.

“Kalau Rusia itu sebenarnya yang terjadi di sana itu awalnya bukan karena harga minyaknya yang utama, namun awalnya karena masalah politik internasional. Sejak saat itu pasar Rusia mengalami tekanan,” ujar Mirza saat ditemui usai rakor di Kantor Menko, Jakarta, Selasa (16/12).

Aliran modal keluar (capital outflow) yang terjadi di Rusia, lanjut Mirza, membuat bank sentral negara tersebut melakukan intervensi. Seiring itu pula, harga minyak dunia turun yang kemudian mengakibatkan penerimaan Rusia juga menurun.

“Pendapatan mereka besar di situ (minyak). Itu yang menekan mereka cukup dalam,” kata Mirza.

Bank sentral Rusia pada Senin (15/12) menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis poin dari 10,5 persen menjadi 17 persen.

“Jadi itu spesifik masalah Rusia yang jauh berbeda dengan masalah Indonesia. Kita masih ada problem di defisit transaksi berjalan, tapi pemerintah dan BI sudah meng-address-nya,” ujar Mirza.

Ia menegaskan, Bank Indonesia tidak serta merta akan ikut menaikkan suku bunga acuan melihat bank sentral Rusia yang melakukan kebijakan menaikkan suku bunga yang cukup besar.

Mirza juga menambahkan, defisit transaksi berjalan juga terus menunjukkan tren penurunan. Ia meyakini defisit transaksi berjalan sepanjang 2014 dapat dijaga di level 25 miliar dolar AS atau 3 persen dari PDB.

“Defisit tahun ini lebih baik dibandingkan tahun 2013 lalu 29 miliar dolar AS. Turun sekitar 3,5-3,7 miliar dolar AS,” kata Mirza. AN-MB