Denpasar (Metrobali.com)-

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara menilai penyaluran kredit perbankan di Bali hingga triwulan II 2013 sebesar Rp44,77 triliun masih belum merata dan lebih terpusat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

“Peta bisnis baik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) maupun perusahaan besar lebih banyak terkumpul tiga daerah (Denpasar, Badung, dan Gianyar), otomatis pembiayaan banyak di situ,” kata Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara Dwi Pranoto di Denpasar, Selasa (23/7).

Menurut dia, ketidakseimbangan penyaluran kredit salah satunya dikarenakan sebaran kantor bank masih lebih banyak didirikan di tiga kawasan itu.

Di Pulau Dewata terdapat 50 bank umum termasuk di antaranya dua bank lokal yakni Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Sinar Harapan Bali dan 138 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan salah satu di antaranya Syariah.

“Dari jumlah itu 75 persen di antaranya sebagian besar berada di Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa ada potensi lain yang bisa dikembangkan di daerah lain di luar tiga kawasan itu tanpa harus membuka kantor bank yakni melalui “branches banking” atau agen bank.

Agen bank tersebut bisa memanfaatkan individu yang diharapkan meningkatkan akses perbankan bagi masyarakat yang berada di “remote area”. Namun hal itu masih perlu pengembangan dan pemantapan lebih lanjut.

Meski demikian, upaya tersebut tidak cukup apabila bisnis di daerah itu tidak dikembangkan yang salah satunya dilakukan melalui pelatihan konsultan keuangan mitra bank (KKMB).

“Bank juga kami minta ke daerah lain melalui ‘account officer’nya, disamping mendorong pemerintah daerah setempat terkait pengembangan ekonominya, jalur kewirausahaan, dan ‘cluster’ binaan Bank Indonesia,” ujar Dwi.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa dari total penyaluran kredit hingga triwulan II 2013 dari bank umum yang mencapai Rp44,77 triliun itu, jumlah penyaluran kredit di Denpasar merupakan yang paling besar mencapai Rp29 triliun atau 64,78 persen.

Sedangkan di Kabupaten Badung sebesar Rp4,2 triliun atau 9,38 persen, kemudian disusul Buleleng (6,08 persen), Tabanan (5,25 persen), dan Gianyar (4,56 persen).

Sementara itu, tiga kabupaten lain dengan persentase dibawah tiga persen yakni Karangasem (2,97 persen), Jembrana (2,51 persen, dan Bangli (2,23 persen).

Meski penyaluran kredit tak merata, namun penyaluran kredit itu tumbuh cukup positif.

BI Denpasar mencatat jumlah total penyaluran kredit tersebut tumbuh sekitar 30,38 persen, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yakni 30,03 persen.

Tak hanya kredit yang disalurkan oleh bank umum, kredit dari BPR juga tumbuh signifikan yakni 31,06 persen, dengan jumlah kredit hingga Mei 2013 yang disalurkan ke masyarakat sejumlah Rp5,22 triliun.

Bank sentral itu mendorong terwujudnya akselerasi pertumbuhan yang merata melalui pendekatan pemerataan akses keuangan masyarakat, salah satunya melalui penyaluran kredit produktif.

Penyaluran kredit oleh bank umum hingga triwulan II 2013 memang didominasi oleh kredit produktif sebesar 61,74 persen yang terdiri dari kredit modal kerja (38,8 persen) dan kredit investasi (22,94 persen).

“Dari total kredit perbankan, sebesar 39,19 persen itu tergolong kredit produktif UMKM,” kata Dwi.

Penyaluran kredit produktif UMKM terbesar masih berada di Denpasar yakni sebesar Rp10,4 triliun atau 58,55 persen dari total penyaluran kredit produktif UMKM di seluruh Bali. AN-MB