Denpasar (Metrobali.com)-

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara akan memonitor perkembangan harga properti di Bali yang mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun.

“Kita harus waspadai kenaikan properti dan monitor ketat kenaikan harganya,” kata Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara, Dwi Pranoto di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, perkembangan harga properti di Pulau Dewata termasuk indikator berwarna “merah” karena tingginya harga properti di Bali.

“Kalau harga berdasarkan ‘real’ itu baik-baik saja bukan karena ‘bubble’ (penggelembungan harga yang diciptakan) yang sebenarnya harganya tidak segitu,” ujarnya.

Ia mengkhawatirkan adanya spekulasi harga properti yang bisa membahayakan kondisi bisnis perumahan dan perbankan di Pulau Dewata.

“Kalau perbankan memberikan kredit, kemudian kreditnya macet, bagaimana?,” ucap Dwi.

Ia mengungkapkan bahwa hal serupa yang berkategori “merah” juga terjadi di Jakarta, Sulawesi Selatan, Batam, dan Riau.

Bank Indonesia sendiri saat ini tengah menggodok satu instrumen yang merupakan kebijakan nasional yakni “loan to value” (LTV) untuk pembiayaan kredit dari bank untuk properti yang rencananya akan berlaku mulai September 2013.

Selama ini LTV tersebut merupakan fasilitas pembiayaan kredit untuk kendaraan bermotor. Meskipun demikian, lanjut Dwi, solusi untuk menangani hal itu tak semuanya dari bank sentral tersebut.

“Prinsipnya itu kebijakan nasional, nanti LTV salah satu instrumen, tidak semua solusi dari BI. Peraturan itu mengakomodir prinsip kehati-hatian bank,” ujarnya.

Harga properti di Pulau Dewata dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan yang signifikan terutama di kawasan Bali Selatan seperti Denpasar dan Kabupaten Badung.

Harga tanah di kawasan Kuta misalnya seperti di dekat Jalan Sunset Road, per arenya diperkirakan mencapai miliran Rupiah. Bahkan di kawasan pusat wisata Kuta seperti Legian dan Seminyak harga tanah dijual per meter yang mencapai jutaan Rupiah.

Pesatnya perkembangan pariwisata mendorong laju ekonomi Bali yang tumbuh positif menjadi salah indikator makin banyak investor yang menanamkan modalnya di Pulau Dewata.

BI Denpasar mencatat pada triwulan I 2013 tumbuh 6,71 persen, sedangkan pada saat ini pertumbuhan ekonomi Bali berkisar antara 6,7-6,9.

Dwi menjelaskan bahwa krisis ekonomi dunia tidak berdampak signifikan bagi Bali karena tahun ini masih menggenjot investasi.

“Ekonomi Indonesia dan Bali tidak terlalu berdampak signifikan tahun 2013 karena masih menggenjot investasi, tumbuhnya masih 6,7-6-9 atau di bawah tujuh persen. Nanti di triwulan III kita akan pantau,” ujarnya.

Selain itu perkembangan infrastruktur di Pulau Dewata yang saat ini sudah rampung dan masih dalam tahap finalisasi seperti proyek tol di atas laut, perluasan Bandar Udara Ngurah Rai, dan jalan “underpass” Simpang Dewa Ruci juga dinilai ikut mendongkrak ekonomi Bali. AN-MB