Foto: Ketua Pengda P3I Provinsi Bali I Nengah Tamba bersama para narasumber dalam acara Future Local Advertising Workshop (FLOW) di Hotel Neo Denpasar, Jumat (29/7/2019).

Denpasar (Metrobali.com)-

Periklanan digital saat ini tengah berkembang pesat yang menuntut juga kreativitas para pemilik merek, agensi periklanan maupun pelaku ekonomi kreatif agar berhasil melakukan branding di ranah digital.

Ketua Pengda Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P31) Provinsi Bali I Nengah Tamba pun mendorong anggotanya untuk menggarap peluang periklanan digital ini.

Termasuk juga mendorong para generasi muda, pelaku ekonomi kreatif Bali agar mampu menjadi pemain di daerahnya sendiri, bukan sebaliknya menjadi penonton.

“Kita dorong anak muda, pengusaha lokal garap peluang bisnis periklanan digital. Jangan sampai jadi penonton.Pengusaha luar datang hanya berbekal laptop hasilkan bisa hasilkan miliaran rupiah di Bali. Masak kita tidak bisa,” kata Tamba.

Hal ini disampaikan Tamba ditemui usai acara Future Local Advertising Workshop (FLOW) di Hotel Neo Denpasar, Jumat (29/7/2019).

Acara yang diselenggarakan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ini diikuti para pengusaha periklanan, praktisi digital branding, pelaku ekonomi kreatif, hingga mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

Workshop selama dua hari ini menghadirkan narasumber berpengalaman dan ahli di bidangnya. Seperti Sekjen P3I Hery Margono yang juga Direktur Utama Kharisma Advertising, Bidang Pengembangan Kurikulum P3I M. Hafidullah yang juga Co-Founder RWE Digital Agency.

Ada pula  CEO RWE Digital Agency David Rianto, Group Digital Director Grace Amelia dan Heri Ardin, Founder of Socialselling.id.

“Periklanan digital ini berkembang pesat dan peluangnya sangat besar. Kami dorong di Bali lahir pelaku periklanan digital yang profesional dan kreatif. Salah satunya lewat workshop FLOW Bekraf ini,” ujar Tamba.

Berdasarkan data BPS 2016, subsektor periklanan menyumbang sekitar 0,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif nasional. Di subsektor ini terdapat 3.055 jumlah usaha dengan persebaran terbanyak di DKI Jakarta yakni 1.292 jumlah usaha.

Selain DKI Jakarta, pesebaran subsektor ini juga meliputi wilayah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Walaupun mayoritas pertumbuhan masih berfokus di Pulau Jawa, subsektor periklanan di wilayah luar Jawa tetap tumbuh dan berkembang.

Sementara itu menurut Tamba, kekuatan branding dan periklanan digital sangat besar. Produk tanpa dipasarkan dan dibranding secara digital tidak akan sampai ke benak masyarakat.

“Sekarang tergantung pelaku periklana, pemilik produk apakah mau jadi kreatif atau tidak. Terlebih pangsa pasar digital sangat besar khususnya juga di dunia pariwisata di Bali,” imbuh Tamba, mantan anggota DPRD Bali dua periode.

Namun Tamba mengakui belum semua pengusaha periklanan khususnya anggota P3I Bali masuk ke ranah digital dan sukses meningkatkan skala bisnis di media digital ini.

“P3I belum sepenuhnya mengarah ke digital, masih sebagian besar di produk konvensional. Tapi kami dorong anggota P3I agar garap peluang ini,” kata Tamba.

Ketika masuk ke bisnis periklanan digital beberapa hal harus dimiliki. Seperti kekuatan infrastruktur teknologi digital, SDM di ranah teknologi digital pemahaman bisnis digital serta minder yang tepat.

“Tantangannya ada di masalah SDM, skill dan mindset bisnis digital,” pungkas Tamba.

Sementara itu pengusaha periklanan AA Sudiadnyana dari PT. Agung Bali mengungkapkan di era ekonomi digital ini ukuran perusahaan tidak menjadi jaminan kesuksesan perusahaan termasuk dalam urusan periklanan digital.

“Sekarang peluang berbalik. Bukan berarti perusahaan besar bisa menangkap peluang dan menang. Perusahaan kecil yang punya SDM di ranah digital dan mampu respon perubahan pasar bisa jadi pemenang,” kata Sudiadnyana.

Di sisi lain mengiklankan atau mempromosikan produk di ranah digital juga bisa menjadi sangat murah bahkan gratis dengan berbagai platform yang ada.

Seperti di Instagram dan Facebook walaupun memang hasilnya bisa lebih optimal jika menggunakan fitur iklan yang berbayar seperti Instragram Ads dan Facebook Ads.

Sekarang siapapun juga bisa beriklan di platform digital. Namun juga tidak mudah menarik perhatian di tanah digital dan membuat konten kita mudah ditemukan dan menjangkau audiensi.

“Ibaratnya mencari jarum dalam jerami. Ada ribuan bahkan jutaan konten iklan diranah digital. Bahkan membuat iklan kita menarik audiens, ini yang harus ada strategi kontennya,” imbuh Sudiadnyana.

Hal senada disampaikan Pengusaha periklanan I Gede Tejanegara dari PT Bayu Media Creative. “Media digital sebagai lahan bisnis dan mengembangkan diversifikasi bisnis,” katanya.

Namun Tejanegara juga menekankan walau media periklanan digital berkembang pesat, media konvensional tidak begitu saja bisa ditinggalkan. Media luar griya seperti billboard dan signage masih diminati oleh brand.

“Di sisi lain periklanan digital ini kan sifatnya menambang data. Ini berkaitan juga dengan isu perlindungan data pribadi dan privacy. Penting agar perusahaan perikanan sadar di daerah dengan hal seperti ini,” tandasnya.

Sementara itu acara workshop dari Bekraf ini disambut antusias para peserta. Kepala Bidang Keuangan Bekraf, Muchlianto mengatakan diselenggarakan kegiatan ini sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap optimalisasi bisnis periklanan nasional.

“Tujuannya adalah agar dunia periklanan di Bali, khususnya Denpasar bisa berkembang seperti daerah lain,” ucapnya.(wid)