Denpasar (Metrobali.com) –

 

Dunia masih belum lepas dari cengkraman COVID-19 varian Omicron (BA.1), sekarang WHO menginformasikan munculnya subvarian baru yang diberi nama Omicron BA.2 atau ‘Son of Omicron’. Informasi mengenai subvarian ini masih sangat minimal dan menjadi salah satu prioritas analisis lab di seluruh dunia, salah satunya Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKSHA).

Subvarian Omicron BA.2 memiliki mutasi yang menyebabkan hilangnya delesi di asam amino posisi 69 dan 70. Mutasi ini mempersulit deteksi dengan metode PCR S Gene Target Failure. Padahal tes PCR ini adalah ujung tombak Indonesia untuk mendeteksi varian Omicron ini.

Selain itu, Statens Serum Institut (SSI) di Denmark mengungkapkan hasil kalkulasi awal bahwa subvarian BA.2 ini 1,5 kali lebih mudah menyebar dibandingkan Omicron ‘orang tua’-nya. Untungnya gejala yang dirasakan pasien dilaporkan setara dengan gejala pasien Omicron. Gejala umum yang dirasakan pasien COVID-19 varian Omicron adalah seperti berikut: Demam,Batuk, Sakit kepala, Pilek, Tenggorokan gatal, Berkeringat di malam hari, Kelelahan dan Nyeri otot (myalgia) di banyak bagian tubuh.

Di saat-saat rentan seperti ini, para ahli merekomendasikan pola hidup sehat, menjalankan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas), vaksinasi COVID-19 dosis lengkap, dan vaksin booster COVID-19. Untuk pilihan masker, KN95 dan N95 adalah dua tipe yang dinilai paling efektif untuk mengurangi kemungkinan infeksi virus. Selain itu, jangan lupa untuk menjalankan prokes sesuai dengan aturan yang berlaku di daerah masing-masing. Ingat bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati!. (hd)