Baliho babi guling di jalur G-20 diberangus, netizen minta berangus baliho kepakkan sayap kebhinekaan milik Puan Maharani. (Instagram @infoungasan)

Denpasar, (Metrobali.com)

Pengamat ekonomi dan budaya Jero Gde Sudibya mengatakan, dengan pembrangusan Baliho Babi Guling di sepanjang jalur yang dilewati anggota delegasi G-20 di Badung, Bali, itu, bisa menimbulkan kesan, Bali adalah daerah jajahan baru bagi kedatangan anggota delegasi G20.

Hal itu dikatakan Gde Sudibya, Jumat (28/10/22) menanggapi berita pemberangusan Baliho Babi Guling yang nota bene adalah milik masyarakat Bali yang berisaha ingib nyari makan di acara G20.

Dikatakan, pemberangusan Baliho Babi Guling yang jadi ciri khas kuliner Bali itu, ada kesan yang membuat para pejuang di alam surga sana, Pak Rai Mantra dkk. menjadi murka. Ini harus diresapi oleh elite yang sedang berkuasa di Bali.

“Ada-ada saja , apa hubungannya baliho babi guling dengan G 20, bentuk “jalanan” dari arogansi dan hegemoni kekuasaan, yang ditentang habis oleh kalangan mahasiswa 24 tahun yang lalu.

Menurut Sudibya, “Kita harus menjadi tuan di rumah kita sendiri, bukan menjadi budak di tanah jajahan. Waduh kok begini? G20 untuk mendukung UMKM tetapi kok meminggirkan?”

Gede Sudibya mengatakan, “Kita menjadi buruk sangka dengsn pengerobekan baliho babi guling, agenda politik apa yang tersembunyi, dimana masyarakat harus berkorban, kemanfaatan ekonomi tidak jelas, babi guling sebagai simbol kebudayaan kuliner Bali tercampakkan di rumahnya sendiri.

“Semestinya semua pedagang babi guling se bali dan penggemar kuliner ini melakukan protes terhadap perobekan baliho babi guling tsb,” ajak Gde Sudibya seraya mebambahkan dimana sifat satrya wirang dari elite penguasa Bali?

Masih menurut pengamat ekokomi dan budaya itu, dalam pembahasan awal delegasi, yang nanti dijadikan draft kesepakatan, sepanjang pemberitaan yang diikuti, tidak ada pembahasan tentang isu: small size enterprise industry empowerment, yang ada isu-isu tingkat tinggi al.: keadilan vaksin global, energi bersih, EBT (Energi Baru Terbarukan) yang sebagian adalah ilusi, tidak dimengerti dan tidak bermanfaat bagi wong cilik.

Termasuk zerro carbon, yang semenjak Kesepatan Paris 2015 telah gagal dijalankan. Rekan Sri Mulyani sebagai Menkeu, semestinya menjelaskan ke publik, kemanfaatan ekonomi apa yang diperoleh Indonesia 1 – 2 tahun pasca G 20, berangkat dari pemikiran ekonom ternama Inggris J M Keynes: ” in the long run we are all be dead”, dalam jangka panjang semua kita akan mati, pesan moral dari ekonom ternama ini terlebih-lebih di masa krisis, kebijakan ekonomi yang diambil harus memberikan kemanfaatan jangka pendek.

“Sebagai ekonom kondang rekan Sri Mulyani paham betul ucapan Keynes di atas dalam bukunya yang melegenda: The Geberal Theory Interest and Money, terbit tahun 1936. Dalam sejarah ekonomi teori Keynes ini menjadi senjata pamungkas dalam menghadapi depresi ekonomi dunia tahun1930’an yang menyengsarakan kehidupan rakyat di seluruh dunia,” katanya.

Sejumlah baliho di sepanjang jalur yang dilewati delegasi G-20 di Badung, Bali, diberangus. Netizen pun nyinyir minta yang diberangus baliho-baliho politikus, seperti Kepakkan Sayap Kebhinekaan milik Ketua DPR RI, Puan Maharani yang bertebaran di Bali.

Akun Instagram @punapibali yang merepost dari @info.ungasan memposting bahwa Satuan Pamong Praja (Satpol PP) Bali melakukan penertiban baliho, spanduk hingga pamflet di jalur yang bakal dilewati delegasi G20, Kamis (27/10).

“Penertiban baliho tersebut dilakukan di sepanjang kawasan Simpang Dewa Ruci hingga Nusa Dua dan sepanjang jalan menuju GWK,” tulis @punapibali dikutip Suara Denpasar, Jumat (28/10/2022).

Postingan ini pun mendapat komentar dari sejumlah netizen. Mereka sinis dengan penertiban baliho yang hanya diberlakukan kepada masyarakat kecil, sedangkan terhadap baliho milik politikus tidak dilakukan. (RED-MB)