Acara Karnaval Pemilu Damai

Bali tiada hari tanpa kegiatan ritual yang diiringi alunan instrumen musik tradisional (gamelan) mampu memancarkan rona religius, sehingga sanggup membuat setiap orang termasuk wisatawan mancanegara merasa nyaman, aman, tentram dan damai menjelang Pemilu Legislatif.

Lebih-lebih umat Hindu di Pulau Dewata menyongsong Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1936 pada hari Senin, 31 Maret 2014 yang dituntut mampu untuk mengendalikan diri dan melakukan instrospeksi diri.

Umat tersebar pada 1.400 desa pekraman di delapan kabupaten dan satu kota di Bali pada hari istimewa itu wajib melaksanakan empat pantangan yang meliputi amati karya, tidak melakukan kegiatan/bekerja, amati geni, tidak menyalakan lampu atau api, amati lelungan tidak bepergian serta amati lelanguan tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura.

“Kondisi demikian diharapkan berpengaruh positif terhadap pelaksanaan masa kampanye partai politik menjelang pemilu legislatif,” tutur Pengamat budaya dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi.

Lebih-lebih kader dan partai politik di Bali telah sepakat untuk melaksanakan tahapan Pemilu secara damai, sejuk dan saling menghormati tanpa ada yang merasa dirugikan.

Dengan momentum Hari Suci Nyepi, pelaksanaan tahapan Pemilu dapat terlaksana dengan baik dan lancar, ujar Sumadi yang juga Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana IHDN Denpasar.

Di Bali tercatat total 3.230 caleg yang masuk dalam daftar calon tetap (DCT) untuk DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR RI dan DPD RI, di antaranya 1.186 caleg perempuan atau 36,7 persen.

Terkait menyongsong Hari Nyepi 12 partai politik dan ribuan caleg itu sepakat hanya memanfaatkan 12 hari masa kampanye dari 21 hari yang tersedia dalam jadwal rapat umum secara nasional.

Dengan demikian masa kampanye di Bali sembilan hari lebih singkat dibanding daerah lainnya di Indonesia, seperti yang dituturkan komisioner KPU Provinsi Bali Divisi Kampanye, Kadek Wirati.

Berkaitan Nyepi lima hari kampanye ditiadakan yakni 28 Maret-1 April 2014, menyusul berdasarkan kesepakatan antarparpol, pada 25 Maret, 2 dan 4 April juga kampanye dikosongkan serta 5 April digunakan untuk melakukan persembahyangan bersama.

Jadwal kampanye tersebut sudah disepakati berdasarkan hasil rapat koordinasi pada 1 Maret 2014 yang dihadiri berbagai pihak.

Hari pertama dan kedua pelaksanaan kampanye di Bali berlangsung aman dan lancar diharapkan kondisi demikian dapat tercipta seterusnya hingga berakhirnya tahapan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan menyongsong Pemilu Presiden.

Kepala Polda Bali Irjen (Pol) Albertus Julius Benny Mokalu optimistis rangkaian pelaksanaan kampanye rapat umum terbuka Pemilu 2014 di Pulau Dewata dapat berlangsung aman dan sukses, berkat didukung budaya setempat yang dinilai begitu baik.

Meskipun pihaknya tidak takabur, tetapi Bali aman karena kultur yang begitu baik, didukung sistem keamanan lingkungan karena ada pecalang (petugas pengamanan adat) pada 1.400 desa adat sangat mendukung keamanan dalam tahapan pelaksanaan Pemilu.

Kampanye terbuka pada hari pertama Minggu (16/3)dinilai berjalan lancar merupakan titik awal yang baik dan menunjukkan peserta pemilu sudah sadar untuk menjaga situasi tetap kondusif.

“Di sisi lain, tokoh-tokoh parpol juga sudah menandatangani kesepakatan kampanye damai dan apabila terjadi gesekan akan diselesaikan dengan musyawarah,” ujar Irjen Albertus.

Meskipun demikian mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan jajaran Polda Bali mengerahkan dua per tiga personelnya atau sekitar 8.200 dari sekitar 12.400 personel untuk mengamankan tahapan Pemilihan Umum 2014.

Dalam mengamankan tahapan pesta demokrasi lima tahunan itu, Polda Bali tidak menerapkan pengamanan khusus karena semua pola pengamanan satu garis dengan arahan Mabes Polri.

Kampanye Simpatik Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Dr I Gusti Ngurah Sudiana mengimbau parpol peserta pemilu dan caleg lintas parpol untuk berkampanye dengan simpatik.

Caleg yang berkampanye secara simpatik mungkin akan mampu merebut simpati masyarakat untuk memilih saat pencoblosan nanti. Dengan berkampanye yang simpatik, sportif dan damai, niscaya rakyat semakin yakin untuk memilih para calon untuk duduk menjadi wakil rakyat.

Hal itu penting disadari, jika saat berkampanye saja sudah membuat jengkel rakyat, jangan harap hati mereka dapat direbut. Untuk itu mari kita semua melaksanakan tahapan pemilu dengan dewasa apalagi pelaksanaan kampanye berhimpitan pula dengan Hari Suci Nyepi.

Untuk itu Bali hendaknya mampu menjadi contoh yang baik dalam pelaksanaan pesta demokrasi sekaligus dalam menjalankan ritual keagamaan. Untuk itu para caleg dan calon anggota DPD RI tidak berkampanye maupun mengedarkan berbagai atribut sosialisasi diri dalam lingkungan pura.

Hal itu penting karena Pura harus dijaga nilai spiritualitasnya dan tidak boleh ada intervensi politik. Pihaknya sudah berulangkali menyampaikan imbauan itu agar kejadian dalam pemilu sebelumnya bendera parpol yang disucikan di pura tak terulang lagi.

Provinsi Bali terbagi menjadi empat zona kampanye pada rapat umum pemilu legislatif yang digelar dari 16 Maret-5 April 2014 berdasarkan hasil kesepakatan KPU Bali dengan peserta pemilu.

Jadwal dan jatah yang sama untuk kampanye terbuka sehingga pemilu ini benar-benar dapat dirasakan jujur dan adil oleh peserta pemilu. Dari sembilan kabupaten/kota di Bali terbagi menjadi empat zona kampanye dengan rata-rata setiap zona melingkupi dua hingga tiga kabupaten.

Zona I meliputi Kota Denpasar dan Kabupaten Giayar. Zona II yakni Kabupaten Badung dan Tabanan, Zona III meliputi Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng dan Zona IV terdiri dari tiga kabupaten yakni Bangli, Klungkung dan Karangasem.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga mengingatkan peserta pemilu untuk menerapkan semangat saling menghargai dan menghormati selama masa kampanye untuk menjaga kondusivitas daerah ini.

Saling menghargai dan menghormati, serta dengan prinsip jujur, adil, sesuai dengan peraturan diharapkan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan menerapkan semangat saling menghargai, “mulat sarira” atau toleransi, dan menyamabraya (persaudaraan) serta didukung kesiapan aparat, diyakini sudah cukup untuk mencegah timbulnya konflik yang rentan terjadi pada masa kampanye.

Jika ada peserta pemilu yang melakukan hal tidak kondusif, tentu tidak akan mendapatkan simpati masyarakat. Hal itu penting disadari oleh semua pihak, karena proses pemilu melibatkan banyak pihak dan seluruh masyarakat berpeluang dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk memperkeruh situasi dan kondisi sosial-kemasyarakatan.

“Untuk menciptakan Bali yang aman, bukanlah tugas yang mudah tetapi menuntut komitmen, kerja keras, kewaspadaan dan kebersamaan kita semua,” ucap Gubernur Pastika.

Pihaknya memberikan dukungan penuh kepada KPU dan Bawaslu Bali untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dan diharapkan keduanya bersinergi terutama dalam membangun partisipasi dan pengawasan masyarakat. Ketut Sutika/MB