Mangupura (Metrobali.com)-

Krama Banjar Pekandelan, Desa Adat Sading, Mengwi saat ini telah memiliki balai banjar yang cukup megah. Untuk menyucikan bangunan balai banjar tersebut, Senin (16/4) lalu dilaksanakan upacara melaspas dan mendem pedagingan. Upacara ini sebagai rangkaian Karya Caru Balik Sumpah lan Karya Pedudusan Alit Banjar Pekandelan, yang puncaknya dilaksanakan pada 20 April 2012 mendatang.  Upacara yang dipuput Ida Pedanda Putra Pasuruan Griya Taman Sari Lukluk dihadiri Bupati Badung A.A. Gde Agung, Kepala Kementerian  Agama Kabupaten Badung IB Made Subawa, Camat Mengwi I Nyoman Suardana, Ketua PHDI Kabupaten Badung I Nyoman Sukada, Lurah Sading Ida Bagus Rai Pujawatra, para mantan Lurah Sading serta Tokoh-Tokoh Masyarakat setempat.

Pada kesempatan tersebut Bupati Gde Agung mendem pedagingan di pelinggih Padmasari dilanjutkan dengan menandatangani prasasti yang disaksikan camat dan PHDI Badung serta krama banjar. Sebagai bentuk perhatian dan motivasi Pemerintah Kabupaten Badung, Bupati Gde Agung mepunia sebesar Rp 20 juta.

Ketua Panitia Karya Drs. I Gede  Rai Wiraatmaja melaporkan, dari dulu krama banjar Pekandelan memanfaatkan Balai Banjar yang berada dipinggir jalan Desa Sading. Pada tahun 1995 ada proyek APBD Badung perbaikan jalan Desa Sading. Perbaikan jalan ini, tanah balai banjar terkena proyek, dari luasnya 2 are menjadi 1,2 are. Atas dasar itulah krama banjar Pekandelan yang berjumlah 201 KK mulai merencanakan mencari tempat balai banjar yang lebih representatif untuk menggelar kegiatan adat maupun paruman. Mulai tahun 1995 krama banjar Pekandelan membuat permohonan kepada Gubenur Bali, mohon tanah Pemerintah Provinsi Bali yang ada di wilayah Desa Adat Sading untuk dimanfaatkan dan dijadikan Balai Banjar. Berdasarkan permohonan itu tahun 1997, Gubernur mengijinkan krama Banjar Pekandelan memanfaatkan tanah tersebut sesuai SK Gubernur Bali No. 532 tahun 1997. Berdasarkan rasa jengah krama lanjut membangun balai banjar dan saat ini sudah bisa diupacarai. “Pembangunan ini menghabiskan dana sebesar Rp 1,5 M, dana ini  bersumber dari swadaya krama serta bantuan dari pemerintah daerah,” ungkap Wiraatmaja.

Lebih lanjut dikatakan, rangkaian upacara sudah dimulai sejak Selasa (27/3) dengan matur piuning, Kamis (29/3) nyukat genah lanjut membuat taring, Rabu (4/4) melaspas tetaring, Jumat (6/4) negtegang beras, ngingsah, nyamuh, nunas pengalang sasih, nanceb sunari, Minggu (8/4) nunas tirta, Senin (9/4) darma wecana, Selasa (10/4) mepepada tawur, mekarya ulam tawur, memben karya, Rabu (11/4) tawur balik sumpah, Jumat (13/4) matur piuning (yasa kerthi karya), ngingsiran, Senin (16/4) melaspas ring padmasari sepisanan melaspas pelinggih ring catus pata, mendem pedagingan, Selasa (17/4) mendak siwi mepinton ke Pura Tri Kayangan, Rabu (18/4) melasti ke segara Batu Bolong, mepepada karya, Jumat (20/4) Puncak Karya. Ida Betara nyejer selama tiga hari dan Senin (23/4) ida betara nyegara gunung ke Pura Ulun Danu Batur, sorenya nyemuk, mekebat daun, ngeremek, nangun ayu, rsi bujana dan nyineb. GAB-MB