rumput laut

Jakarta (Metrobali.com)-

Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mendesak pemerintah melalui berbagai kementerian terkait untuk segera membuat “road map” terpadu rumput laut yang dinilai merupakan salah satu komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan.

“Sebaiknya pemerintah terlebih dahulu fokus untuk meningkatkan daya saing industri nasional dan menyiapkan program hilirisasi dengan baik melalui ‘road map’ operasional yang terpadu antar kementerian,” kata Ketua ARLI Safari Azis, Jumat (20/2).

Menurut dia, pembuatan “road map” yang terpadu itu penting antara lain karena data yang ada di satu kementerian dengan kementerian lainnya seringkali ditemukan berbeda.

Ia mencontohkan, data dari Kementerian Perindustrian terkadang didapati berbeda dengan data Kementerian Perdagangan dan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

“Ini yang kami khawatirkan, artinya penetapan suatu kebijakan bisa saja kurang tepat karena kurang memperhatikan dimensi-dimensi yang ada,” katanya.

Ketum ARLI berpendapat, hilirisasi sebaiknya didasari pada harmonisasi stakeholder dari hulu sampai hilir, bukan memihak kepentingan suatu golongan tertentu saja.

Dengan kata lain, ujar dia, pemerintah perlu meningkatkan daya saing industri termasuk meningkatkan kesejahteraan petani rumput laut.

ARLI juga mengimbau pemerintah untuk mengkaji lebih jauh kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan agar tujuan hilirisasi tidak kontra dengan kesejahteraan petani dan pembudidaya rumput laut.

“Produksi rumput laut cukup baik, namun penyerapan industri nasional untuk rumput laut sebagai bahan baku itu masih sangat rendah. Sehingga para pelaku lebih memilih untuk mengekspornya,” katanya.

Safari juga mengingatkan bahwa ketersediaan bahan baku rumput laut di tingkat petani masih banyak tersedia.

Hal ini terlihat dari data formal KKP yang mencatat bahwa produksi rumput laut mencapai lebih dari 10 juta ton basah.

Ia memaparkan, jika dikonversi 10 berbanding 1 menjadi kering, maka angkanya menjadi 1 juta ton kering pada tahun 2014.

Sementara, kebutuhan Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) diperkirakan hanya mencapai 87.429 ton pada 2015.

“Ketersediaan bahan baku rumput laut banyak, tapi serapan industri nasional masih kecil jumlahnya sehingga banyak diekspor karena tidak ada opsi lain,” ucapnya. AN-MB