Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menjadi pembicara ahli dalam The 1st International Conference & Symposium on Applied Buddhism & Buddhayana Spirit Movement (ISAMBUDDHA) 2023

Lampung, (Metrobali.com)-

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menjadi pembicara ahli dalam The 1st International Conference & Symposium on Applied Buddhism & Buddhayana Spirit Movement (ISAMBUDDHA) 2023 yang diselenggarakan oleh STIAB Jinarakkhita di Lampung, pada Selasa, 14 November 2023. Dalam acara yang dihadiri 20 pembicara dari 9 negara, serta 64 pemakalah dan 74 presenter ini, Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas bertindak sebagai keynote speaker

Dalam konferensi dan simposium internasional bertema Masa Depan Pendidikan Tinggi Buddha tersebut, Ari menekankan pentingnya pembangunan manusia.

“Semua peradaban besar bisa berkembang, karena memiliki modal dasar yang sangat kuat, yaitu manusia. Semua perkembangan teknologi, pengetahuan, itu bergantung pada manusia-manusianya, maka tugas kita bersama, yaitu membangun manusia,” papar Ari.

Teknologi dan pengetahuan tidak lagi bersifat interdisiplin, tetapi telah berkembang menjadi transdisiplin. Untuk itu, mahasiswa Buddhis harus menguasai pengetahuan dan skill hybrid.

“Mahasiswa Buddhis harus menjadi generasi muda yang cerdas, terdidik dan bisa mendorong kemajuan yang lebih baik dengan cara menguasai hybrid knowledge dan hybrid skills,” jelas Ari di hadapan para peserta dari 9 negara.

Namun, Ari juga menegaskan bahwa kecerdasan saja tidak cukup. Sumber daya manusia kita juga harus berintegritas dan berkarakter.

“Dalam memupuk karakter dan integritas inilah, kita harus belajar dari para penuntun agama kita. Umat Buddhis bisa belajar dari keteladanan Siddharta Gautama, dari para guru-guru dan panutan agama, termasuk Yang Mulia Ashin Jinnarakkhita,” ucapnya.

Perguruan tinggi agama Buddha harus terus mendorong mahasiswanya untuk meneladani perjalanan dan perjuangan bhikku asli Indonesia pertama di era modern, Maha Nayaka Sthavira Ashin Jinarakkhita agar tidak berhenti belajar, mengasah kepedulian sosial, mengasah kepekaan spiritual, serta menurunkan ilmu menjadi amal.

“Karena ilmu tidak akan memberi manfaat kalau tidak diterapkan menjadi amal. Inilah semangat gerakan Buddhayana yang harus terus kita dorong,” ucapnya. (RED-MB)