Denpasar (Metrobali.com)-

Pimpinan Bank Indonesia Wilayah Bali Nusra Dwi Pranoto saat tampil sebagai keynote speaker pada acara seminar bertemakan “Akselerasi Pembangunan Ekonomi Inklusif Melalui Penguatan Keuangan Inklusif” di Gedung Bank Indonesia Denpasar, Kamis (27/6) menjelaskan, akselerasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia sampai saat ini belum merata. Salah satu penyebabnya adalah akses pada keuangan yang sangat tidak merata. Ada banyak unit usaha yang tidak berkembang namun mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana caranya mendapatkan kredit secara cepat. “Di Bali misalnya, hanya 3 wilayah yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari daerah lainnya yakni di Denpasar, Badung, Gianyar. Pertanyaan kita, dimana daerah lainnyya di Bali, termasuk akses perbankan yang masih rendah,” ujarnya.

Menurut Pranoto, ada beberapa kata kunci yang menyebabkan akses jasa keuangan sangat kecil antara lain minim partisipasi masyarakat, akses jasa keuangan yang tidak merata, tidak adanya rumusan strategi ekonomi yang inklusif serta edukasi dan sosialisasi kepada publik. Di Bali misalnya, hasul assesment BI menunjukan, jumlah jasa keuangan sangat cukup. Ada sekitar 50 bank umum baik yang berkantor pusat di Bali maupun yang hanya memiliki kantor cabang di Bali. Selain itu masih ada sekitar 138 bank perkreditan rakyat (BPR), 1418 lembaga perkreditan desa (LPD) serta 4514 lebih koperasi.

“Semua jasa keuangan ini sangat cukup untuk diakses oleh masyarakat Bali yang tentu saja memenuhi kriteria dan syarat perkreditan. Selain itu, seluruh lembaga perbankan di Bali sudah turun ke lapangan untuk melakukan edukasi dan sosialisasi tentang akses jasa keuangan dan sebagainya,” ujarnya.

Sementara pembicara lainnya menjelaskan hal yang sama. Mantan Menteri Koperasi Subiakto Tjakrawerdaja mengatakan, akibat akses keuangan yang rendah dan berakibat pada daya saing ekonomi Indonesia yang sangat rendah. Ada 56,7 persen masyarakat Indonesia yang tidak tersentuh lembaga keuangan. Hanya 20 persen penduduk Indonesia diatas 15 tahun yang menikmati akses jasa keuangan. Padahal di Cina,India, sudah mencapai di atas 64 persen tersentuh jasa keuangan.

“Itulah sebabnya persaingan ekonomi Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia sekalipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas rata-rata bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia,” ujarnya. Peranan perbankan yang menguasai sekitar 80 persen dari industri keuangan di Indonesia sangat diharapkan dalam membangun layanan keuangan masyarakat dan bisa dinikmati oleh lebih banyak masyarakat luas.BOB-MB