Batur Masuk Daftar Danau Kritis di Indonesia

Denpasar, (Metrobali.com)-

Gubernur Bali, Wayan Koster mendapatkan kehormatan berpidato dalam acara Kick-Off Meeting 10th World Water Forum dengan menegaskan masyarakat Bali di dalam melakukan penyucian dan pemuliaan sumber air secara turun-temurun melaksanakan Upakara Tumpek Uye secara Niskala/Religi dan Sakala untuk kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia.

Menyikapi pernyataan Gubernur Wayan Koster tersebut, pengamat publik Jro Gde Sudibya, Jumat menyatakan hal itu baru ditataran ungkapan saja. Sangat jauh dari kenyataan yang ada di lapangan.

Untuk berita ini, dapat diberikan catatan. Agaknya Gubernur gagal paham terhadap nilai- nilai ideal dalam pemulyaan air (baca respek pada danau sebagai sumber air) dengan realitas yang ada, yang semestinya dijembatani melalui kebijakan penyelamatan dan pelestarian lingkungan.

Menurutnya, realitasnya kondisi lingkungan Danau Batur terus mengalami penurunan:
Hutan sebelah Timur Danau, bagian dari Alas Penulisan, dalam lingkungan: Bubung Songan, Desa Blandingan, Desa Pinggan, terus mengalami penurunan, tidak upaya serius dalam melakukan pelestarian. Akibatnya, diperkirakan pasokan air ke Danau Batur berkurang dan pada musim penghujan yang besar, terjadi erosi yang limbahnya mengotori Danau.

Dikatakan, danau Batur sudah begitu tercemar, diperkirakan ambang batas pencemaran sudah sampai mengganggu kesehatan warga yang menkonsumsi airnya, akibat dari: lumpur yang dalam yang tidak pernah dilakukan pengerukan, limbah penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam budi daya pertanian di sekitar danau. Demikian juga budi daya perikanan yang tidak terkontrol, bangunan di seputar danau yang tidak terkendali yang mengotori danau.

Menurut Jro Gde Sudibya, dengan tema besar kebijakan Pemda Bali Danu Kertih dan juga Danau Sumber Kehidupan, semestinya Gubernur dengan jajarannya, menyiapkan kebijakan yang lebih fokus dalam penyelamatan Danau Batur dan 3 Danau lainnya, dalam paket kebijakan yang lebih terukur, dengan indikator kunci keberhasilan (key permonfance indicators) yang jelas, terukur, dengan jadwal ketat pelaksanaan, untuk menjamin setiap rupiah dana pembangunan dipergunakan dengan optimal.

“Sebut saja paket penyelamatan hutan, sistem drainase air yang masuk danau, pembersihan berkalau danau, termasuk pengendalian enceng gondok, pemberian pelatihan warga di sekitar danau untuk meningkatkan budaya bersahabat dengan danau dan lingkungannya,” kata Jro Gde Sudibya.

Sudah tentu, kata dia, harus dihentikan kebijakan yang sarat himbauan, tidak berbasis data lapangan dan boros anggaran, dan kegiatan seremonial, yang tidak menyelesaikan kondisi rusaknya lingkungan danau.

Jro Gde Sudibya mengatakan, Gubernur Bali Wayan Koster dan orang-orang sekitarnya, semestinya menjauhi sebut saja semacam “jebakan” psikologis yang berupa: dengan sering mengucapkan isunya, lengkap dengan nilai-nilai ideal kearifan lokal, seakan-akan masalah lingkungan di lapangan secara otomatis terselesaikan.

” Tamsilnya, “panggung depan” wacana yang sarat dengan pencitraan, cocok dan nyambung dengan “panggung belakang” realitas senyatanya, ” kata pengmat publik itu. (SUT-MB).