Foto: Anggota Komisi II DPR RI Dapil Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra atau kerap disapa Gus Adhi.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi II DPR RI Dapil Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra atau kerap disapa Gus Adhi terus bersuara lantang menyerukan dan menggemakan gerakan anti money politic dan lawan money politic atau politik uang.

Bagi Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali itu, politik uang sangat berbahaya bagi kehidupan demokrasi dan ibarat menjadi mesin pembunuh bagi partisipasi politik anak-anak muda yang merupakan embrio pembangunan bangsa. Sebab dengan masih maraknya terjadi praktik money politic atau politik uang, generasi muda semakin apatis terhadap politik, mereka semakin jauh dari politik dan enggan untuk ikut berpartisipasi di politik baik dengan menjadi anggota partai politik ataupun menggunakan hak politiknya dalam pemilihan umum (pemilu).

“Money politic membuat generasi muda kita makin apatis dengan politik. Kondisi itu tentu sangat berbahaya. Jadi sudah saatnya kita semua serius melawan dan memerangi praktik-praktik money politic,” kata Adhi Mahendra Putra di Denpasar, Selasa 12 Desember 2023.

Untuk membuat anak-anak muda tertarik dengan politik, Adhi Mahendra Putra yang pada Pileg 2024 mendatang kembali maju sebagai Caleg Partai Golkar ke DPR RI Dapil Bali dengan nomor urut 4 itu mengatakan bahwa praktek money politic agar dihilangkan, mengingat 54 persen pemilih di tahun 2024 merupakan pemilih pemula.

Politisi Golkar asal Jero Kawan, Kerobokan, Badung ini menegaskan bahwa jika para politisi ataupun partai politik secara organisasi masih bermain di tatanan money politic tersebut, anak-anak muda yang belum memiliki modal yang kuat tersebut, akan pupus harapannya untuk memberikan karya-karya atau pemikiran-pemikiran mereka dalam membangun bangsa Indonesia.

“Anak-anak muda merupakan embrio pembangunan bangsa dan mereka jangan dipertontonkan dengan praktik-praktik money politic yang tidak hanya merusak sendi-sendir demokrasi tetapi bisa memupus harapan para anak-anak muda embrio pembangunan bangsa untuk berpartisipasi aktif di politik dan pembangunan bangsa,” kata politisi senior Golkar yang getol menyuarakan anti money politic dan telah membentuk Relawan AMP (Anti Money Politic) di sembilan kabupaten/kota di Bali.

Oleh sebab itu, Adhi Mahendra Putra meminta semua pihak untuk mempersiapkan bagaimana proses demokrasi tersebut harus benar-benar bersih dari kecurangan dan money politic. Jika hal tersebut berhasil diwujudkan maka dirinya yakin anak-anak muda yang apatis terhadap politik akan mulai terangsang dan lahir menjadi embrio-embrio pembangunan bangsa dan sekaligus menjadi pelaksana dari pembangunan bangsa itu sendiri.

Terlebih lagi dengan hadirnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden merupakan bentuk apresiasi dari anak-anak muda dan bagaimana mereka harus berani tampil di kancah pesta demokrasi ini. Diharapkan anak-anak muda bisa mendapatkan pembelajaran dari pendidikan politik tersebut.

Adhi Mahendra Putra yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI dan Ketua Depidar SOKSI Bali ini kemudian menghimbau dan mengajak semua pihak untuk mewujudkan pemilu 2024 bersih dari money politic karena menurutnya money politic tidak hanya memberikan uang untuk memilih seseorang, tetapi money politic juga memberikan janji dan melarang orang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

“Sudah saatnya masyarakat Indonesia untuk membangun demokrasi dengan lebih baik lagi, karena kepentingan masyarakat Indonesia saat ini tidak hanya di 2024, tetapi juga di tahun 2029 dan seterusnya,” tegas wakil rakyat yang sudah dua periode mengabdi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali ini dan tercatas sukses mengawal dan memperjuangkan lahirnya Undang-Undang Provinsi Bali ini.

“Bagaimanapun anak-anak muda harus bangkit menjadi embrio-embrio pembangunan. Diharapkan dengan lepas dari money politic dan kecurangan, masyarakat Indonesia menjadi pemilih yang berdaulat dan negara Indonesia semakin kuat,” kata wakil rakyat berhati mulia, gemar berbagi dan dikenal dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli” (AMP) dan “Kita Tidak Sedarah Tapi Kita Searah” ini. (wid)