Jembrana (Metrobali.com)-

Pasca kenaikan BBM, sejumlah nelayan tradisional mengeluh. Pasalnya jika akan melaut mereka harus berpikir seribu kali. Mereka tidak mau mengambil resiko yang lebih fatal ditengah harga BBM naik.

Nasrul (30) nelayan tradisional asal Dusun Pebuahan, Desa Banyubiru, Negara mengaku berhati hati jika akan melaut. Selain karena faktor cuaca yang kurang bersahabat, juga memperhitungkan hasil tangkapan. Pasalnya jika akan melaut sekarang biaya yang harus dikeluarkan cukup besar. “Masalah cuaca masih bisa akali. Kalau cuaca baik kita berangkat, kalau jelek jangan. Tapi, seperti sekarang, BBM naik, gimana ngakali. Ya kalau tangkapan ikan banyak, kalau sedikit, rugi saya” Ungkapnya.

Menurutnya nelayan lain termasuk dirinya, beberapa bulan belakangan merasakan tangkapan ikan sepi. Selain karena faktor cuaca juga pengaruh kapal besar yang mencari ikan di perairan Pebuahan. “Biasanya yang beroperasi malam hari kapal selerek. Saya dan nelayan lainnya biasanya pagi atau sore hari. Dapatnya juga sedikit. paling banyak 10 kilogram” Jelasnya.

Dibanding sebelumnya kata Nasrul, biaya untuk sekali jalan masih terjangkau. Pasalnya sekali jalan dibutuhkan premium 15 liter. Tapi sekarang harus tambah modal hingga seratus ribu lebih, sementara hasil tangkapan sepi.

“Kalau harga premium Rp.4.500, pulang masih membawa uang. tapi sekarang bisa rugi. Apalagi kalau beli bensin eceran, ya nambah rugi” Tambah Adib (35), nelayan setempat.

Lantaran cuaca kurang bersahabat beberapa minggu belakangan, pihaknya memilih istirahat sementara. Dan untuk mengisi waktu, ia beserta beberapa nelayan lainnya menggunakannya untuk memperbaiki perahu dan bekerja serabutan. MT-MB