Buleleng (Metrobali.com)-

Kepala Desa (Perbekel) I Gusti Putu Armada,Ak bersama perangkat Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng pada Jumat, (26/11/2022) sore menerima kunjungan studi lapangan dari Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Dalam kunjungannya ke Desa Baktiseraga, rombongan BKAD Sukabumi mengajak 70 orang, yang terdiri dari 54 kepala desa dan 16 orang PKK.

Saat dikonfirmasi disela-sela presentasi Kepala Desa Baktiseraga Gusti Armada kepada para peserta studi lapangan dari Sukabumi ini, Ketua BKAD Sukabumi Heri Kurniawan mengatakan pihaknya dari komunitas para kepala desa yang ada di Sukabumi dengan menyertakan beberapa orang PKK, mengadakan studi lapangan didua desa yang ada di Kabupaten Buleleng dan di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Dan khususnya ke Desa Baktiseraga, tujuannya menggali potensi desa-desa yang ada di Sukabumi, dengan melihat dan mencontoh bagaimana keberhasilan yang ada di Desa Baktiseraga, yang nantinya diterapkan di masing-masing desa yang ada di Sukabumi.

“Di Bali, kita sasar dua desa yang ada di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung, dalam hal ini kita melihat keberhasilannya yang nantinya kita terapkan di Sukabumi sesuai dengan potensi di masing-masing desa di Sukabumi, yang nantinya bisa menghasilkan Pendapatan Asli Desa. Itulah sebenarnya inti dari tujuan dari studi lapangan ini,” terang Heri Kurniawan.

“Dalam studi lapangan ini, kita menggunakan anggaran dana desa dari pusat. Secara aturan kita membentuk Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD).” ujarnya menambahkan.

Menurutnya dari studi lapangan di Desa Baktiseraga, yang bisa dipetik dan cukup menarik untuk disimak yakni desa-desa di Bali itu, ada desa dinas dan ada desa adat. Yangmana dalam kewenangan mengatur anggaran dana desa, lebih leluasa.

“Kita lihat memang potensi kewenangan mengatur dana desa itu lebih leluasa, karena ada anggaran dari provinsi yang memang begitu besar. Tadi saya tanya ke Sekdes Baktiseraga, bahwa untuk desa adat itu diberikan kisaran Rp 300 juta pertahun, sedangkan kita di Sukabumi untuk anggaran dana desa dari provinsi hanya Rp 130 juta.” ucap Heri Kurniawan.

Termasuk untuk pengelolaan anggaran alokasi desa khususnya di Bali, menurutnya lebih leluasa mengelola. Semisal penghasilan kepala desa kisaran Rp 4.200.000. Kalau pihaknya di Sukabumi, diplot rata bahwa dari anggaran alokasi dana desa itu sebesar Rp 3.300.000. Dalam hal ini mungkin jumlah desa yang terlalu banyak yakni 381 desa di Sukabumi.

“Salah satu harapannya dalam studi lapangan ini, selain bersilaturahmi kita juga menyerap bagaimana didesa yang ada di Desa Baktiseraga dengan desa adatnya seperti ini. Kita bisa memberikan motivasi, sehingga apa yang bisa kita petik, apa yang bisa kita terapkan nanti sepulangnya dari sini.” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Baktiseraga Gusti Armada menyebut kedatangan dari para kepala desa dari Kabupaten Sukabumi, ingin melihat langsung seperti apa best practice yang sudah dilakukan di Desa Baktiseraga, terutama mengenai tata kelola sampah yang dihubungkan ke pendapatan asli desa hasil dari pengelolaan BUMDes.

“Best practice yang nantinya dijadikan contoh bagi desa-desa yang ada di Sukabumi, terhadap tata kelola yang dikembangkan dalam membangun Desa Baktiseraga. Sehingga dapat menumbuh kembangkan pendapat asli desanya dan dapat mensejahterakan masyarakatnya.” pungkas Gusti Armada.

 

Pewarta : Gus Sadarsana