Denpasar (Metrobali.com)-

Tingginya animo masyarakat Denpasar dalam berkesenian diapresiasi Walikota IB Rai D. Mantra dengan terus memberi ruang kepada para senimannya melalui berbagai event pagelaran. Seperti parade gong kebyar yang segera digelar 6 Oktober 2011 ini sebagai ajang para seniman untuk berkreasi sekaligus mengukir prestasi. Demikian dikatakan Kadis Kebudayaan Drs. Made Mudra,M.Si usai melakukan rapat awal bersama seluruh staf dilingkungan Dinas Kebudayaan, Senin (26/9).

Dikatakan, tingginya animo masyarakat dalam berkesenian dikarenakan makin tumbuhnya jiwa dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya yang diwariskan para leluhurnya. Kenyataan ini juga tidak terlepas dari peran serta Pemerintah selaku fasilitator yang selalu memberi ruang dan kesempatan bagi para senimannya untuk terus tampil dan berkarya. Seperti ditunjukkan Walikota Denpasar IB Rai D. Mantra dalam mendukung para senimannya, berbagai event kesenian digelar mulai dari lomba kekawin, mewirama, mesatua, ngibing, tari, gong kebyar, baleganjur, geguntangan hingga yang berbau modern. Semua ini dikemas dan dibungkus dalam berbagai  brand event seperti; Mahabandana, Parade Gong Kebyar, Porseni, Tumpek, Book Fair hingga yang paling besar Denpasar Festival. Bahkan tidak itu saja berbagai bantuan dan pengharagaan juga diberikan guna memotivasi para senimannya.

Hal tersebut membuktikan betapa besar komitmen seorang Walikota IB Rai D. Mantra bersama seluruh jajarannya dan segenap lapisan masyarakat untuk terus berupaya menggali, mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali yang adi luhung agar tetap ajeg dan lestari. Buah dari upaya tersebut juga dapat dilihat dari makin berkembangnya  sanggar-sanggar seni yang ada sekaligus memotivasi munculnya sanggar-sanggar seni yang baru. Disisi lain banjar-banjar yang dulunya mati aktifitas kini mulai tampak berdenyut dengan berbagai aktifitas kesenian terutama tari dan tabuhnya. Namun sayang dalam implementasinya dilapangan masyarakat kurang melibatkan anak-anak termasuk yang berusia dini dalam aktifitas berkeseniannya.

Menurut Mudra hal ini penting dilakukan sebab dipundak merekalah nantinya keberlangsungan berkesenian ini diestafetkan. Maka dari itu untuk pelaksanaan parade gong kebyar  tahun ini pihaknya sengaja memberi porsi lebih besar kepada anak-anak usia dini untuk tampil termasuk anak-anak TK. Hal ini dimaksudnya agar ketika anak sudah menginjak usia dewasa  tidak ragu-ragu lagi untuk merima tongkat estafet dari generasi pendahulunya termasuk siap ngayah menjadi anggota STT, menjadi anggota maupun pengurus di banjar maupun di desa Pekraman, menjadi anggota sekeha gong dan lain-lain. Apabila ini bisa diupayakan lebih dini secara terus menerus, proses regenerasi tidak akan mengalami hambatan, ujar Mudra.

Disamping itu menurutnya pula dalam pelestarian budaya hendaknya jangan dinilai atau dilihat dari sisi ekonomis atau finansial semata melainkan harus dinilai dari nilai-nilai kesejarahannya serta spirit yang terkandung didalam budaya itu sendiri. “Apabila spirit budaya untuk sebuah jati diri tertanam dengan baik dimasing-masing sanubari saya yakin tidak ada lagi ketakutan atau kegalauan bahwa seni dan budaya Bali akan pudar dimakan jaman atau dibajak oleh pihak-pihak lain”,ungkap Mudra. Disamping itu Mudra juga mengungkapkan bahwa kegairahan berkesenian masyarakat Denpasar juga sangat menguntungkan bagi Pemerintah Kota sendiri terutama dalam mempercepat terwujudkan visi Denpasar Sebagai Kota Berwawasan Budaya. Seperti pelaksanaan tahun lalu parade gong kebyar yang sedianya dilaksanakan mulai 6 Oktober 2011 akan didahului dengan event Mahabandana. (Sdn.Hms.Dps.).