Foto: DPD Partai Golkar Provinsi Bali menggelar Webinar “Strategi Operasional Pembangunan Sektor Pertanian dan Pariwisata Bali di Era New Normal” Selasa (30/6/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Sektor pariwisata dan pertanian di Bali selama ini sering dipertentangkan dan didikotomikan. Pariwisata dianggap jadi biang kerok mundur atau diabaikannya pembangunan pertanian.

Padahal tidaklah demikian, sebab faktanya pariwisata dan pertanian saling ketergantungan dan saling mendukung satu sama lain. Maka tidak salah bicara antara pertanian dan pariwisata di Bali ibaratnya benci tapi rindu.

Demikian terungkap dalam webinar yang digelar DPD Partai Golkar Provinsi Bali dengan tema “Strategi Operasional Pembangunan Sektor Pertanian dan Pariwisata Bali di Era New Normal” Selasa (30/6/2020) di Kantor DPD Partai Golkar Provinsi Bali.

Tenaga Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prof I Gede Pitana dalam paparannya mengungkapkan bicara antara pertanian dan pariwisata di Bali ibaratnya benci tapi rindu.

Pitana mengungkapkan selama ini banyak isu-isu miring yang berkembang yang sepertinya mempertentangkan pariwisata dan pertanian ataupun menjurus pada wacana pariwisata mematikan pertanian.

Pertama, pariwisata menghancurkan pertanian. Kedua, keterlambatan pembangunan pertanian karena terlalu fokus pada pariwisata. Ketiga, pariwisata tidak memberikan manfaat kepada petani dan masyarakat Bali.

Namun fakta empiris yang terjadi bertolak belakang dengan pandangan atau persepsi tersebut. Pitana menegaskan pariwisata dan pertanian saling mendukung dan menguatkan.

Kalau pariwisata kilap maka pertanian pingsan (Antara, 2020). Pariwisata sebagai sumber non farm income, melebihi farm income (Surya, 2020). Pembangunan pertanian dan pedesaan banyak dari aliran darah pariwisata (Pitana, dkk., 2020)

“Ketergantungan sektor pertanian terhadap pariwisata sangat besar, begitu juga sebaliknya. Jadi jangan lagi dipertentangkan dan didikotomikan antara pariwisata dan pertanian, keduanya harus dibangun bersama-sama,” kata Prof Pitana.

Karenanya harus ada semacam upaya rekonsiliasi antara pariwisata dan pertanian. Pertama, pariwisata sangat tergantung pada pertanian misalnya dalam hal landscape (pemandangan alam), budaya berbasis pertanian yang jadi daya tarik pariwisata, serta kehidupan petani sehari-hari yang jadi bagian atraksi pariwisata.

Kedua, pertanian sangat didukung oleh pariwisata. Pariwisata menjadi pasar produk pertanian. Pariwisata jadi inspirasi dan motivasi peningkatan kualitas dan variabilitas. Pariwisata jadi sumber pendapatan non pertanian (non farm income).

Ketiga, yang paling penting untuk dicatat dan dipahami bersama adalah perlambatan pembangunan pertanian bukan majunya pariwisata. Sebab pariwisata sebagai pendorong pertanian.

“Pariwisata juga mencegah dan mengatasi adanya pengangguran tidak kentara di sektor pertanian,” kata Prof Pitana.

Ia juga menegaskan ketika pertanian belum maju bukan berarti pariwisata yang harus ditarik ke belakang tapi bagaimana mendorong sektor pertanian ke depan agar terjadi keseimbangan dua sektor ini.

“Jadi pasca Covid-19 ini pariwisata berbasis pertanian dan alam akan semakin menguat.  Keterkaitan pertanian dan pariwisata makin menguat,” tandas Prof Pitana.

Ia mengungkapkan ada dua trend besar yang makin menguat dalam pariwisata pasca New Normal. Play Ground Model dan Experiental/Spiritual Model.

Wisatawan tidak hanya bersenang-senang tapi lebih mementingkan kepuasan hati dan pelayanan. Wisatawan ingin mendapatkan pengalaman, menemukan makna di balik perjalanan.

“Jadi trend yang makin menguat adalah 3S yakni Spiritual, Serendipity, Suistainable,” pungkas Pitana.

Selain Pitana, webinar menghadirkan sejumlah narasumber kompeten di bidang pariwisata dan pertanian baik dari kalangan akademisi maupun praktisi hingga unsur pemerintahan.

Diantaranya Prof I Komang Gede Bendesa (Guru Besar Universitas Udayana); Prof I Nyoman Rai (Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana); Prof I Gede Mahardika (Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana).

Pembicara lainnya yakni Dr. Ni Made Eka Mahadewi (Kepala P3M Poltekpar Bali); Bagus Sudibya (Praktisi Pariwisata); AA Gede Agung Wedathama (Ketua Komunitas Petani Muda Keren); Dr. Komang Suarsana (Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD Partai Golkar Provinsi Bali).

Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali Dr. Nyoman Sugawa Korry mengatakan webinar ini untuk menggali kontribusi pemikiran, gagasan dari para akademisi, praktisi dan stakeholder lainnya terkait strategi operasional pembangunan sektor pertanian dan pariwisata sebagai bagian mewujudkan keseimbangan ekonomi baru bagi Bali di era New Normal (Normal Baru).

“Harus ada keseimbangan ekonomi Bali di sektor primer, sekunder dan tersier. Jadi seimbangkan juga pariwisata dan pertanian,” kata Sugawa Korry.

Ia mengatakan hasil webinar ini dan juga webinar sebelumnya tentang “Strategi Operasional Pembangunan Sektor Industri dan UMKM Bali di Era New Normal” akan dirangkum menjadi semacam dokumen politik terkait pemulihan ekonomi Bali pasca pandemi Covid-19 atau era New Normal.

Gagasan besar dan strategis hasil webinar ini akan dibukukan dan diserahkan kepada stakeholder terkait mulai dari Gubernur Bali, Bupati/Walikota se-Bali, DPRD Bali, DPRD Kabupaten/Kota se-Bali dan pihak terkait lainnya.

“Dokumen politik ini juga harus jadi bahan acuan berpikir, berbicara dan berbuat kader Golkar Bali dalam karya dan kekaryaan di tengah masyarakat,” kata Sugawa Korry yang juga Wakil Ketua DPRD Bali ini. (wid)