Wagub mengadiri ngaben massal di KedongananDenpasar (Metrobali.com)-

Upacara yadnya di Bali yang merupakan kewajiban umat Hindu yang ada di Bali, hendaknya harus selalu dilaksanakan dengan tulus dan ikhlas. Hal tersebut penting
agar yadnya yang selama ini telah dilaksnakan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keselamatan bagi seluruh masyarakat yang melaksanakan yadnya tersebut. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta dalam sambrama wacananya saat menghadiri Upacara Atma Wedana dan Atiwa Tiwa Desa Adat Kedonganan yang dilaksanakan di Halaman Pura Dalem Desa Adat Kedonganan, Badung, Jumat(16/10).

Sudikerta juga memaparkan tentang 4 tujuan hidup manusia yang dikenal dengan Catur Purusa Artha yang diperoleh melalui 4 tahap kehidupan yang dinamakan catur asrama dengan melaksanakan 4 cara untuk mencapai tujuan tersebut yang dinamakan catur marga, dan jika semua hal tersebut dapat dilaksanakan dengan tulus ikhlas, maka kita akan memperoleh kebahagiaan hidup lahir dan bathin. Ia mengimbau  hal – hal tersebut mampu untuk dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan yadnya dengan tulus dan ikhlas. Lebih lanjut disampaikan Sudikerta bahwa kegiatan yadnya seperti ini harus dilaksanakan sesuai dengan tuntunan dari kitab sudi Agama Hindu dan juga ajaran satra Hindu yang lainnya, mengingat kitab suci Agama Hindu memiliki banyak tuntunan yang benar dalam melaksanakan yadnya sehingga pelaksanaanya yadnya tersebut berjalan dengan baik dan memperoleh kerahayuan. Selain itu Wagub Sudikerta juga berpesan agar masyarakat selalu menjaga adat budaya yang ada di Bali serta Agama Hindu melalui peningkatan Sradha dan Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi sehingga tidak mudah tergerus arus globalisasi saat ini.

Sementara itu Made Sukada selaku panitia karya menyatakan pelaksanaan upacara atma wedana dan atiwa tiwa ini telah dilaksakan sejak tanggal 3 Oktober  hingga 17 Oktober 2015 dan di ikuti oleh seluruh masyarakat Desa Adat Kedonganan dengan rincian 60 sawa atiwa tiwa, 5 sawa nglungah, 77 sawa nglangkir, dan 101 sawa atma wedana. Lebih lanjut disampaikan Sukada, upacara yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2006 dan dilaksnakan setiap 3 tahun sekali ini, telah menghabiskan dana sebesar Rp. 1.140.700.000, -, yang dimana dana tersebut berasal dari simpanan upacara adat yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di LPD Desa Adat Kedonganan selain itu dana juga berasal dari usaha – usaha yang dimiliki oleh desa adat.

Dalam kesempatan tersebut, Susikerta juga menyerahkan dana punia yang kemudian dilanjutkan dengan mendoakan sawa yang akan di upacarai. AD-MB