Agus Tay di Persidangan

Terdakwa Agus Tay Hamba May mengungkap fakta mengerikan/MB

Denpasar (Metrobali.com)-

Saksi kasus pembunuhan Engeline dengan terdakwa Agus Tay Hamba May mengungkap fakta mengerikan. Saksi tersebut adalah Susiani dan Rahmat Handono. Susiani dan Handono merupakan pasangan suami istri yang tinggal di kos-kosan yang disewakan Margriet. Kamar yang mereka sewa berhadapan dengan kamar Margriet.

Tiap hari, Susiani mengaku mengaku mendengar rintihan kesakitan Engeline. Ia sendiri mengaku tak tahu apa yang sedang terjadi. Yang pasti, kata Susiani, Engeline menangis dan berteriak keras sembari memohon belas kasihan Margriet.

“Tiap hari kalau tidak pagi, malam hari saya dengan Engeline menjerit. Sakit mami. Cukup mami,” kata Susiani di hadapan Ketua Majelis Hakim Edward Haris Sinaga di Pengadilan Negeri (PN) Denpasar, Selasa 3 November 2015.

Bukan sekali dua kali. Susiani dan Handono mengaku hampir tiap hari mendengar hal serupa. Bahkan suatu ketika, Susiani mengaku dalam sehari tiga kali mendengar jerit rintihan kesakitan Engeline.

Sehari sebelum Engeline dibunuh pada 16 Mei, Susiani juga mendengar jerit rintihan Engeline. “Waktu itu pukul 08.00 WITA. Saya dengar Engeline berteriak sama, cukup mami. Sakit mami,” kata Susiani.

Susiani dan Handono lantas pergi untuk suatu keperluan. Sesampainya kembali di kamar kosnya ia bertemu Agus. “Agus cerita kalau dia melihat Engeline berdarah. Darah ke luar dari hidung dan telinga Engeline,” katanya.

Sementara itu, Agus yang diberi kesempatan menyangkal keterangan kedua saksi tak menampik keterangan Susiani dan Rahmat Handono. “Semua benar,” kata Agus.

Hanya saja, ia meluruskan sedikit mengenai tanah yang diangkutnya seperti disampaikan oleh Rahmat Handono. “Tanah itu bukan untuk yang dari kuburan Engeline. Tanah itu saya ambil dari bak di dalam kandang. Margriet memang yang menyuruh saya,” kata Agus.

Sementara lubang untuk kubur Engeline ia menjelaskan jika sudah ada dari pertama kali ia mulai bekerja di rumah Margriet.

“Lubang itu dari pertama sudah ada. Dalamnya sekitar 15 sentimeter. Dari pertama saya bekerja sudah ada,” jelasnya. Namun, ia tak menampik jika pada tanggal 16 Mei usai Engeline dibunuh Agus diminta Margriet untuk memperdalam lubang tersebut. “Ibu Margriet meminta saya menambah menggali lagi, memperdalam lubang yang sudah ada,” papar Agus. JAK-MB