Foto: Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang juga Ketua Depidar SOKSI Bali mengapresiasi keberhasilan Poktan Guna Artha, Bangli yang berhasil memproduksi pupuk organik berkualitas dari bantuan UPPO.

Bangli (Metrobali.com)-

Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang juga Ketua Depidar SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) Provinsi Bali meninjau bantuan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) bagi kelompok tani (Poktan) Guna Artha, Banjar Belong Danginan, Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Jumat (2/7/2021).

Bantuan UPPO ini diserahkan Amatra yang akrab disapa Gus Adhi ini pada tahun 2020 dan kini Poktan Guna Artha penerima bantuan UPPO ini sudah mampu mengolah dan memproduksi pupuk organik serta secara perlahan mampu meningkatkan kesejahteraan petani/peternak di daerah ini.

“Kelompok ini telah mampu menjalankan program aspirasi Amatra terkait dengan pembuatan pupuk organik. Yang awalnya kami datang kesini penampungan kotoran sapi itu belum terkelola dengan baik. Akhirnya kami adakan pendampingan dan saat ini astungkara kelompok ini sudah mampu menghasilkan pupuk organik yang bagus,” papar Amatra mengapresiasi keberhasilan kelompok ini.

Amatra yang sebelumnya bertugas di Komisi IV DPR RI membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan, perikanan dan kelautan ini bahkan mengapresiasi perubahan mindset atau pola pikir Poktan penerima UPPO ini setelah berhasil memproduksi pupuk organik sendiri dengan kualitas lebih bagus bahkan mendorong dicabutnya subsidi pupuk organik lebih baik dialihkan ke subsidi pasca panen.

“Itu karena kualitas pupuk organik yang mereka hasilkan lebih baik dan semua bahan pengolahan pupuk organik ini semua dari kearifan lokal serta dibuat sendiri. Ini (penggunaan pupuk organik) bisa menekan biaya produksi pertanian.Inilah yang harus kita lakukan di seluruh pertanian dengan sungguh-sungguh,” tegas Gus Adhi yang kini bertugas di Komisi II DPR RI ini.

Politisi Golkar asal Kerobokan, Badung ini para kelompok tani ini menambahkan pihaknya akan terus diberikan pendampingan misalnya berupa pelatihan bagaimana memproduksi pupuk organik secara benar dengan metode fermentasi.

Sebab dengan bantuan UPPO yang berupa ternak sapi dan sarana pengolahan pupuk organik ini diharapkan petani dapat memproduksi serta menggunakan pupuk organik dan meningkatkan produksi pertanian juga pendapatan petani.

Pembangunan UPPO dengan total bantuan Rp 200 juta ini diarahkan pada lokasi yang memiliki potensi sumber bahan baku pembuatan kompos, terutama limbah organik/limbah panen tanaman, kotoran hewan/limbah ternak dan sampah organik rumah tangga pada sub sektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan rakyat dan peternakan terutama pada kawasan pengembangan desa organik.

Petani didorong untuk menggunakan pupuk organik adalah untuk turut merehabilitasi tanah. Pupuk organik dapat menyediakan hara tanaman dan memperbaiki struktur tanah, baik dalam memperbaiki drainase dan pori-pori tanah. “Mari kita gunakan pupuk organik untuk menjaga alam,” pesan Gus Adhi yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI ini.

Gus Adhi juga mendampingi poktan penerima UPPO ini untuk membuat demplot-demplot pertanian. Inipun sudah dilakukan misalnya poktan Guna Artha membuat demplot budidaya bunga dan demplot komoditas lainnya.
Bahkan karena banyak membuat demplot poktan ini sampai kekurangan air.

“Jadi poktan ini minta dibuatkan embung karena kekurangan air dan akan saya akan perjuangkan maksimal,” pungkas Gus Adhi yang dikenal totalitas membangun pertanian Bali dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli”.

Wayan Sukarma Yoga selaku Ketua kelompok tani (Poktan) Guna Artha penerima bantuan UPPO ini mengakui kelompoknya sudah ada kemajuan setelah mendapatkan bantuan program UPPO dan pendampingan dari Amatra. Awalnya di tahun 2020 sapi berjumlah 8 ekor sekarang bertambah menjadi 9 ekor.

Begitu pula produksi dan pengolahan pupuk organik dari kotoran sapi (kotoran padat dan cair/urine) sudah berkembang namun masih digunakan untuk kebutuhan kelompok ternak sendiri di lahan pertanian. “Untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok kami saja masih belum tercukupi, jadi kami belum bisa menjualnya,” ujarnya.

Ia mengakui setelah berhasil memproduksi dan mengolah pupuk organik ini anggota kelompok mampu menekan biaya pupuk untuk produksi pertanian hingga 60 persen. “Jadi ada pengurangan biaya produksi dan kami tidak lagi berharap ada subsidi pupuk organik karena pupuk kami sudah lebih baik. Kami berharap bisa dialokasikan untuk subsidi alat pengolahan pasca panen,” pungkas Sukarma Yoga. (wid)