I Gde Sudibya
Denpasar, (Metrobali.com)-
Pengamat ekonomi dan kebijakan publik I Gde Sudibya menegaskan upaya menggebu-gebu dari beberapa pihak dari Jakarta untuk Bali segera membuka diri bagi wisatawan, semestinya disertai kewaspadaan dari krama Bali akan risiko terjadinya ” jebakan ” pariwisata bagi perekonomian Bali. “
Hal itu dikatakan Gde Sudibya, Selasa (21/7) dalam rangka untuk mengingatkan pemangku kebijakan lebih berhati hati bertindak agar tidak menjatuhkan ekonomi krama Bali sendiri.
Jebakan yang dimaksud Gde Sudibya yakni  pembukaan wisata yang terburu-buru tanpa persiapan matang di tengah curve pandemi yang naik, klaster penularan di pasar tradisional yang terus bertambah,  pasar wisata global yang belum jelas, membawa risiko tinggi kegagalan untuk pembukaan wisata yang bersangkutan.
Dikatakan, jika upaya ini gagal, maka tentu akan merugikan krama Bali itu sendiri.
Kegagalan ini pada akhirnya menjadi beban penderitaan krama Bali. Sebab, potensi penularan Covid-19 yang lebih tinggi ( mayoritas korban ” wong cilik” meminjam istilah Bung Karno ), upaya pemulihan yang set back, karena harus menata ulang program pasca kegagalan.
“Keterlambatan upaya pemulihan, akan menjadi beban berat bagi mayoritas krama Bali yang kehidupannya sudah pada tingkat pas pasan – subsistence economic level -, ” katanya.

“Krama Bali harus mengingatkan, di tengah-tengah kemungkinan kebingungan mencari trobosan upaya pemulihan ekonomi, pariwisata Bali dan masyarakatnya, terdapat kesan ( semoga kesan ini salah ), pariwisata Bali dijadikan semacam ” kelinci percobaan “.
” Istilah kerennya: testing the market of global tourism. Tetapi dari perspektif ekonomi global yang sedang mengalami tekanan besar, pertumbuhan ekonomi  negatif hampir merata di seluruh dunia,  sehingga uji coba ini – trials and errors – terlalu tinggi risikonya dari perspektif kepentingan krama Bali,” katanya.
Editor : Nyoman Sutiawan