Dauh WijanaDauh Wijana

Denpasar (Metrobali.com)-

Ditengah lesunya pasar properti saat ini, diperlukan kerja keras, inovasi, dan kehati hatian dalam mengambil suatu keputusan, apalagi Bali ini kecil hingga yang perlu dilakukan oleh pengembang saat ini bagaimana menciptakan hunian yang berkualitas, bukan hanya kuantitas. “Yang perlu kita lakukan sebagai pengembang saat ini bagaimana menciptakan hunian yang berkualitas, jangan hanya bicara tentang kuantitas”, ujar Dauh Wijana, pengusaha properti yang sudah malang melintang di dunianya ketika ditemui di Denpasar, Minggu (27/12).

Hunian yang berkualitas menurutnya yaitu hunian yang memiliki nilai, layak huni dan ada nilai investasi didalamnya. “Saat ini hunian itu mesti punya nilai investasi ke depannya, dan layak huni. Bukan hanya sekedar membangun untuk hunian saja, namun lebih dari itu”, ucapnya.

Sedangkan properti yang punya kriteria seperti itu jelasnya, adalah hunian yang nilai investasinya ada di bawah Rp. 3 milyar. “Sampai saat ini properti dengan nominal Rp. 3 milyar masih prospek mengisi kekosongan akibat belum adanya kepastian ekonomi saat ini”, tuturnya.

Terkait dengan program rumah murah yang masih digulirkan pemerintah, pihaknya pesimis hal itu bisa dilaksanakan di Bali, pasalnya harga lahan serta kebijakan masih jadi kendala. “Kendala utama yang kita hadapi dalam program rumah murah di Bali yaitu soal pengadaan lahan, tahu sendiri harga lahan di Bali harganya melambung tinggi. Belum lagi dari sisi regulasi, perlu dorongan dari pemerintah daerah. Logikanya antara harga lahan dengan rumah yang dibangun jauh lebih mahal harga lahannya”, tukasnya.

Apa yang disampaikan Dauh senafas dengan apa yang pernah disampaikan Ketua DPD REI Bali beberapa saat yang lalu, jika sangatlah muskil pihaknya bisa membangun rumah murah yang terkendala harga lahan, mungkin didaerah luar Bali bisa, pasalnya lahan masih murah, lagian ada bantuan dari pemerintah daerah dalam menyiapkan lahan yang dibutuhkan pengembang.

Lebih lanjut Dauh menjelaskan, meski pemerintah telah melakukan berbagai upaya atau relaksasi dalam merangsang penetrasi pasar properti, namun Bali itu unik, dia punya pasar tersendiri yang masih jadi magnet bagi siapa saja, tentu ini tidak terlepas dari posisi Bali sebagai daerah tujuan wisata.

Namun demikian kedepannya pihaknya sebagai pengembang masih optimis pasar properti akan tetap tumbuh. “Jika saja penyerapan anggaran pemerintah bisa dilakukan secara optimal, kami tetap optimis 2016 pasar akan tetap tumbuh. Apalagi dengan didorong stimulus dari pemerintah, ini yang yang akan mempercepat penetrasi pasar”, tutupnya. AW-MB