Keterangan foto: Puluhan kendaraan operasional dan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Kodim 1617/Jembrana pada hari suci Tumpek Landep, Sabtu (25/5) diupacarai/MB

Jembrana (Metrobali.com) –

Puluhan kendaraan operasional dan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Kodim 1617/Jembrana pada hari suci Tumpek Landep, Sabtu (25/5) diupacarai.

Umat Hindu merayakan Hari Suci Tumpek Landep setiap 210 hari yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Wuku Landep

Mengambil tempat di halaman Makodim 1617/Jembrana perayaan Tumpek Landep dipimpin oleh Jero Mangku Serma Ida Bagus Priada yang diawali dengan proses persembahyangan.

Ketua Umat Hindu Kodim 1617/Jembrana Mayor Inf Ngakan Made Marjana menjelaskan, Tumpek Landep merupakan tonggak penajaman, citta, budhi dan manah (pikiran). Dengan demikian Umat Hindu selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai-nilai agama.

“Dengan pikiran yang suci, umat mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk”, ujarnya.

Tumpek Landep merupakan hari raya pemujaan kepada Sang Hyang Siwa Pasupati sebagai dewanya taksu. Upacara ini digelar setelah hari raya Saraswati sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan.

Jadi lanjutnya, setelah memperingati Hari Raya Saraswati sebagai perayaan turunnya ilmu pengetahuan, maka setelah itu Umat Hindu memohonkan agar ilmu pengetahuan tersebut bertuah atau memberi ketajaman pikiran dan hati.

Pada hari suci Tumpek Landep juga dilakukan upacara pembersihan dan penyucian aneka pusaka leluhur seperti keris, tombak dan sebagainya dan masyarakat awam sering menyebut Tumpek Landep sebagai otonan besi atau upacara untuk menyucikan seluruh benda yang berbahankan besi seperti motor, mobil dan peralatan kerja.

Lebih lanjut dikatakan Tumpek Landep itu sendiri lebih menitikberatkan agar umat selalu ingat untuk mengasah pikiran (manah), budhi dan citta. Dengan manah, budhi dan citta yang tajam diharapkan umat dapat memerangi kebodohan, kegelapan dan kesengsaraan.

“Ritual Tumpek Landep sesungguhnya mengingatkan umat untuk selalu menajamkan manah (pikiran) sehingga mampu menekan perilaku butakala (kejahatan) yang ada di dalam diri sendiri” pungkasnya.

Pewarta: Komang Tole
Editor: Hana Sutiawati