fahmi habsyi

Jakarta (Metrobali.com)-

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Trisakti (Pusaka Trisakti) Fahmi Habsyi berharap pemerintahan Jokowi-JK memformulasikan sistem penyusunan dan pembahasan anggaran yang lebih terbuka.

“Pola ‘jual-beli’ mata anggaran antara eksekutif-legislatif harus dihentikan dan diminimalisasi demi kepentingan rakyat dan masa depan keluarga anggota legislatif dan pejabat eksekutif itu sendiri,” kata Fahmi di Jakarta, Jumat (29/8).

Menurut dia, Jokowi-JK dan pimpinan legislatif ke depan sebaiknya bersinergi kesepahaman dan menginisiasi revolusi mental soal pembahasan anggaran. Takpenting koalisi ataupun oposisi di parlemen jika ujungnya hanya untuk meningkatkan tawar-menawar dalam “ruang abu-abu”.

“Parpol sebaiknya merumuskan unit ‘asset management’ yang profesional di dalam partainya agar sumbangan para anggota partai ke depan bermanfaat secara finansial kepada anggota partai dan mendukung kegiatan partai ke depan,” kata Fahmi yang juga praktisi dan analis pasar modal ini.

Ia menyebutkan salah satu warisan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak boleh ditransisikan ke pemerintahan Jokowi-JK adalah jual beli mata anggaran ini jika ingin meringankan beban fiskal pemerintahan ke depan sekaligus menyelamatkan masa depan keluarga anggota legislatif dan eksekutif itu sendiri.

“Fakta-fakta persidangan berbagai kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR RI menggambarkan pola yang beragam tetapi serupa karena parlemen ikut menentukan hingga pembahasan satuan tiga,” ujarnya.

Dikatakannya dapat dipertimbangkan bantuan anggaran secara terbuka kepada parpol. Namun, diperuntukan sebagai dana abadi yang dikelola secara profesional oleh unit asset management yang “audited” dan akuntabilitas dibanding membiarkan 10–15 persen dari total APBN menjadi bancakan yang menghancurkan kehormatan dan masa depan keluarga.

Ia berharap cukup sudah era di setiap akhir pemerintahan melihat ketua umum dan bendahara partai serta pimpinan fraksi dan komisi meregang “nyawa” karier politik dan kehormatan keluarga karena tuntutan dan tanggung jawabnya harus menghidupi partai.

“Saya yakin masih banyak anggota parlemen era 2009–2014 walaupun tak terpilih kembali, tetapi tidurnya tetap tidak nyenyak karena dihantui ‘akrobat masa lalu’-nya,” demikian Fahmi. AN-MB