Pramusti Bali Angkat Kisah Heroik Percintaan

 

SENI pertunjukan garapan Pramusti Bali ini menggambarkan kisah heroik percintaan yang diangkat dari seri Mahabharata.

Ide cerita garapan kolaborasi seni ini adalah Gusti Putu Yasa (Jibo) dengan penulis naskah dansutradaraWayan Sugama (Codet).

Pencinta seni Baliakan diajak menyaksikan kisah heroik percintaan antara Prabu Nala dengan Putri Damayanti dari kerajaan Widharba dalam tujuh pembabakan berdurasi 120 menit atau dua jam nonstop.

Dikisahkan dalam suatu sayembara, Prabu Nala berhasil mempersunting Putri Damayanti dari kerajaan Widharba, dengan mengalahkan beberapa Dewa.

Dewa Kala yang kalah dalam sayembara, bersumpah akan mengacaukan rumah tangga Prabu Nala dengan segala cara.

Prabu Nala dan Damayanti hidup bersama selama bertahun-tahun.

Suatu ketika Prabu Nala berjudi melawan saudaranya yang bernama Puskarapati dengan mempertaruhkan seluruh harta dan kerajaannya.

Prabu Nala kalah dalam perjudian itu, akhirnya harus mengembara hidup di hutan bersama Damayanti.

Dalam kehidupan di hutan, mereka banyak mendapatkan pelajaran hidup dari para pertapa.

Pada suatu hari terjadilah kebakaran hebat di hutan tempat tinggalnya. Prabu Nala dan Damayanti terperangkap api menyebabkan mereka terpencar dan terpisahkan.

Prabu Nala juga sempat menolong seekor naga dari kobaran api, yang membuat dia menjadi cacat. Sedangkan, Damayanti terlunta-lunta dan sampai di Kerajaan Cedi.

RajaCedi akhirnya membantu mengantarkan Damayanti kembali pulang ke kerajaan Widharba.Sedangkan, Prabu Nala dalam perjalanannya akhirnya menemui sebuah kerajaan bernama kerajaan Koala. Dia mendapatkan pekerjaan sebagai kusir kereta dengan mengganti nama menjadi Bahuka.

Damayanti selalu merindukan Prabu Nala. Ayah dan ibunya menyadari hal itu, maka diadakanlah kembali suatu sayembara dengan harapan Prabu Nala bisa mengikuti sayembara lagi.

Begitu banyak raja-raja yang mengikuti sayembara kuda, termasuk Raja Koala dengan kusirnyaBahuka.

Berdasarkan hati nuraninya, Damayanti merasa yakin bahwa Bahuka adalah Prabu Nala sendiri yang menyamar menjadi kusir kereta. Akhirnya mereka kembali bersatu dan hidup berbahagia.

Ketua Pramusti Bali, IGN Murthana mengakui bahwa pagelaran seni yang mengajak para seniman untuk berbagi ruang dalam kebersamaan dan melupakan keunggulan personal atau pribadi ini sangat sarat pesan moral. Sebagai upaya mencetak karakter bangsa yang berbudaya, beretika, bermartabat dan berkeadaban.

Terlebih lagi, tahun ini sarat nuansa politik dengan digelarnya hajatan 171pemilihan kepala daerah serentak di seluruh Indonesia termasuk Bali tentunya.

“Semoga ketegangan yang sempat mewarnai kehidupan demokrasi di Bali dapat bersatu kembali untuk membangun Bali dengan wisata budayanya agar semakinberkembang dan mampu bersaing secara globaldikancah nasional maupun internasional,” harapnya.(wb-mb)