Ketua Umum Puskor Hindunesia, Ida Bagus K. Susena

Denpasar, (Metrobali.com)-

Ketua Umum Puskor Hindunesia, Ida Bagus K. Susena, menegaskan kembali tentang penekanan pokok permasalahan pada video viral Wedakarna saat memberikan wejangan di acara Samawartana lan Wanti Warsa Yayasan Bhuwana Dharma Shanti, Sesetan, Denpasar.
“Kami tegaskan point penting ucapan si Wedakarna adalah sumpah yang bersangkutan pada sulinggih dengan mengatakan,  “madak pendek umur” (semoga umur pendek) yang jelas-jelas secara langsung telah melecehkan orang suci agama Hindu. Kalau orang seperti ini dibiarkan bebas berbicara ngawur, maka Hindu, sebagai agamanya dia hanya dijadikan dagelan dia saja, ” kata Ida Bagus K Susena dalam keterangan persnya ke Redaksi Metrobali.com, Kamis (9/1).
Selain itu, kata dia wejangan yang disampaikan didepan orang suci seperti pemangku dan sulinggih dengan fokus pada kebencian pada golongan tertentu yang selama ini punya peran dalam menjaga Hindu di Bali, adalah bentuk “ketidawarasan” seorang wakil Hindu di Pusat.

“Kita sangat sesalkan dan kutuk keras.
Apabila ada yang menganggap ini biasa dan tak perlu dilanjutkan dengan proses hukum atau pengadilan etika di lembaga Hindu, berarti banyak dari kita yang memang jauh dari obyektifitas penilaian ketika Hindu dilecehkan oleh orang sekelas Wedakarna,” ujar tokoh Hindu ini.

Pihaknya meminta PHDI Bali dan Majelis Desa Adat (MDA) sebagai lembaga yang berkaitan dengan Hindu Bali agar SEGERA MENGAMBIL TINDAKAN TEGAS terhadap tindak-tinduk penyulut pemecahbelahan umat Hindu di Bali.

Pun, harus segera disampaikan tembusan kepada Majelis Kehormatan DPD Pusat, bila sudah dikumpulkan bukti tentang pelecehan dan penghinaan terhadap simbol Hindu, yakni orang suci, yang harus dia sucikan dan hormati.

Ditambahkan, terkait pelurusan yang dilakukan lewat media masa oleh yang bersangkutan, sangat jauh dari pokok permasalahan dan cenderung plin plan, kaku dan menggampangkan, dan terkesan melakukan pembenaran sendiri.

Wedakarna, menurut Ida Bagus K Susena kembali mengulang, hal-hal yang tak menjadi ranah dia untuk berwacana. Dia adalah orang politik, yang tak pantas berbicara agama dan tatanan agama Hindu di Bali, apalagi sampai mengatakan ini benar, itu salah. Disampingya ada Sulinggih yang mendampingi saat memberikan wejangan, yang seharusnya lebih pantas untuk memaparkan masalah agama Hindu di Bali.

“Disayangkan bahwa Panitia Acara tersebut mengundang yang bersangkutan pada acara yang dihadiri oleh Pemangku dan Sulinggih, dengan penuh emosional dan kebencian pada kelompok tertentu, “tandasnya.

Editor : Sutiawan