Perangi Katarak, Bali Berhasil Turunkan Angka Kebutaan
Denpasar, (Metrobali.com) –
Katarak sebagai salah satu jenis penyakit mata pemicu kebutaan menjadi
perhatian serius Pemprov Bali. Gencar melayani operasi katarak secara
gratis melalui program JKBM, Pemprov secara signifikan mampu
menurunkan angka pengidap katarak. Pada tahun 2007, Bali mencatat
angka katarak mencapai 1 persen dari total jumlah penduduk, turun
menjadi 0,1 persen di tahun 2014. Capaian ini berbanding lurus dengan
penurunan angka kebutaan mengingat katarak merupakan penyebab utama
menurunnya fungsi penglihatan.
Karo Humas Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra melalui
koordinasi dengan Dirut RS Indera dr.Ni Made Yuniti,MM mengungkap,
keberhasilan ini tak lepas dari layanan operasi katarak melalui
program JKBM.
Sepanjang tahun 2014, RS Indera telah melakukan tindakan operasi
katarak bagi 3.484 pasien. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.035 pasien
dibantu program JKBM, 412 orang menggunakan BPJS, 33 pasien umum dan 4
orang terlayani program bakti sosial (baksos).
Selanjutnya pada tahun 2015, hingga bulan Pebruasi, RS Indera telah
melakukan tindakan operasi bagi 569 penderita katarak. Dari jumlah
tersebut, 464 orang memanfaatkan program JKBM.
Data tersebut memberi gambaran, betapa program JKBM sangat dirasakan
manfaatnya oleh para penderita katarak. Terlebih, katarak merupakan
penyumbang terbesar angka kebutaan. “Hampir setengah dari angka
kebutaan disebabkan oleh katarak,” tambahnya. Ke depannya,Pemprov
berkomitmen makin menggencarkan upaya menekan angka kebutaan yang
dipicu katarak dan penyakit mata lainnya. Untuk penanganan yang lebih
terintegrasi, Gubernur Bali Made Mangku Pastika telah membentuk Komite
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK). Komite ini
punya tugas mempercepat penanggulangan penyakit penglihatan di daerah
Bali.
Selain pembentukan komite, Pemprov melalui RS Indera juga terus
meningkatkan kualitas layanan dengan penguatan sarana dan prasarana.
Bahkan, untuk tindakan operasi katarak, saat ini RS Indera punya
teknik phacoemulsifikasi. Ini merupakan teknik paling anyar dengan
sejumlah keunggulan antara lain sayatan yang sangat kecil (kurang dari
3mm) pada sisi kornea. Selain kecilnya sayatan, teknik ini juga tak
menimbulkan efek samping, tanpa jahitan dan hanya membutuhkan waktu 30
menit. Untuk melaksanakan operasi dengan metode ini dibutuhkan alat
khusus dan dokter terlatih.
Selain penanganan katarak, penyakit mata lainnya seperti kelainan
retina dan glaukoma juga mendapat perhatian yang tak kalah serius.
Sejalan dengan tindakan pengobatan, Pemprov pun tak mengabaikan upaya
pencegahan/preventif. Terjadwal turun ke lapangan 2 kali seminggu ke
Kabupaten/Kota, tim dari RS Indera gencar melakukan screening. Selain
itu, sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit mata sejak dini,
Pemprov mencetak kader kesehatan mulai dari tingkat sekolah dasar.
Secara kelembagaan, RS Indera juga berbenah. Memenuhi amanat UU,
lembaga kesehatan milik Pemprov ini nantinya akan menjadi RS Mata Bali
Mandara. Selain perluasan gedung pelayanan yang saat ini sedang dalam
proses, peningkatan kualitas SDM hingga sarana dan prasarana juga
terus dioptimalkan.
Berbagai upaya tersebut diharapkan mampu menurunkan ancaman kebutaan
di daerah ini. Dalam kesempatan itu, Dewa Mahendra mengajak masyarakat
untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari penyakit yang
mengakibatkan menurunnya fungsi penglihatan.
AD-MB
perhatian serius Pemprov Bali. Gencar melayani operasi katarak secara
gratis melalui program JKBM, Pemprov secara signifikan mampu
menurunkan angka pengidap katarak. Pada tahun 2007, Bali mencatat
angka katarak mencapai 1 persen dari total jumlah penduduk, turun
menjadi 0,1 persen di tahun 2014. Capaian ini berbanding lurus dengan
penurunan angka kebutaan mengingat katarak merupakan penyebab utama
menurunnya fungsi penglihatan.
Karo Humas Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra melalui
koordinasi dengan Dirut RS Indera dr.Ni Made Yuniti,MM mengungkap,
keberhasilan ini tak lepas dari layanan operasi katarak melalui
program JKBM.
Sepanjang tahun 2014, RS Indera telah melakukan tindakan operasi
katarak bagi 3.484 pasien. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.035 pasien
dibantu program JKBM, 412 orang menggunakan BPJS, 33 pasien umum dan 4
orang terlayani program bakti sosial (baksos).
Selanjutnya pada tahun 2015, hingga bulan Pebruasi, RS Indera telah
melakukan tindakan operasi bagi 569 penderita katarak. Dari jumlah
tersebut, 464 orang memanfaatkan program JKBM.
Data tersebut memberi gambaran, betapa program JKBM sangat dirasakan
manfaatnya oleh para penderita katarak. Terlebih, katarak merupakan
penyumbang terbesar angka kebutaan. “Hampir setengah dari angka
kebutaan disebabkan oleh katarak,” tambahnya. Ke depannya,Pemprov
berkomitmen makin menggencarkan upaya menekan angka kebutaan yang
dipicu katarak dan penyakit mata lainnya. Untuk penanganan yang lebih
terintegrasi, Gubernur Bali Made Mangku Pastika telah membentuk Komite
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK). Komite ini
punya tugas mempercepat penanggulangan penyakit penglihatan di daerah
Bali.
Selain pembentukan komite, Pemprov melalui RS Indera juga terus
meningkatkan kualitas layanan dengan penguatan sarana dan prasarana.
Bahkan, untuk tindakan operasi katarak, saat ini RS Indera punya
teknik phacoemulsifikasi. Ini merupakan teknik paling anyar dengan
sejumlah keunggulan antara lain sayatan yang sangat kecil (kurang dari
3mm) pada sisi kornea. Selain kecilnya sayatan, teknik ini juga tak
menimbulkan efek samping, tanpa jahitan dan hanya membutuhkan waktu 30
menit. Untuk melaksanakan operasi dengan metode ini dibutuhkan alat
khusus dan dokter terlatih.
Selain penanganan katarak, penyakit mata lainnya seperti kelainan
retina dan glaukoma juga mendapat perhatian yang tak kalah serius.
Sejalan dengan tindakan pengobatan, Pemprov pun tak mengabaikan upaya
pencegahan/preventif. Terjadwal turun ke lapangan 2 kali seminggu ke
Kabupaten/Kota, tim dari RS Indera gencar melakukan screening. Selain
itu, sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit mata sejak dini,
Pemprov mencetak kader kesehatan mulai dari tingkat sekolah dasar.
Secara kelembagaan, RS Indera juga berbenah. Memenuhi amanat UU,
lembaga kesehatan milik Pemprov ini nantinya akan menjadi RS Mata Bali
Mandara. Selain perluasan gedung pelayanan yang saat ini sedang dalam
proses, peningkatan kualitas SDM hingga sarana dan prasarana juga
terus dioptimalkan.
Berbagai upaya tersebut diharapkan mampu menurunkan ancaman kebutaan
di daerah ini. Dalam kesempatan itu, Dewa Mahendra mengajak masyarakat
untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari penyakit yang
mengakibatkan menurunnya fungsi penglihatan.
AD-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.